5.1. Gambaran Umum PT. Tanjung Enim Lestari Pulp and
Paper
PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper (PT TeL)
secara resmi didirikan pada tanggal 18 Juni 1990 dan memulai kegiatan
pembangunan pabrik sejak pertengahan 1997, yang berlokasi di desa Banuayu,
Kecamatan Rambang Dangku,
Kabuapaten Muara Enim, Provinsi Sumatera
Selatan yang menempati areal seluas 1.250 ha. PT TeL adalah Perusahaan Modal Asing
(PMA) yang sahamnya dimiliki oleh JIPIC, Sumatera Pulp Corporation, dan Marubeni
Corporation.Pembangunan proyek ini dibiayai oleh suatu Consortium Bank
Internasional.
Proyek pembangunan dimulai pada pertengahan tahun
1997 dan penyelesaian pemasangan peralatan pada akhir tahun 1999 secara Turn-KeyProject. Sandwell Incdari Kanada
dipilih sebagai konsultan teknis proyek dan Tessag-INA dari Jerman yang
sebelumnya bernama Klockner dipilih sebagai kontraktor pelaksana. Mereka
bersama-sama membangun pabrik Pulp yang di desain menggunakan teknologi
mutakhir dan memenuhi standar lingkungan nasional dan Internasional.
Bahan baku yang digunakan adalah AcaciaMangiumyang berasal dari Hutan
Tanaman Indonesia (HTI). PT. Musi Hutan Persada yang mempunyai Hak Pengusahaan
Hutan Tanaman Industri seluas 296.400 ha di Provinsi Sumatera Selatan. Pabrik
mempunyai kapasitas produksi pulp sebesar 1430 ton /hari atau 450.000ton
/tahun. Saat ini karyawan PT TeL berjumlah 1015 orang yang sebagian
besar (80%) adalah penduduk Sumatera Selatan.
Sebagai pabrik Pulp yang pertama di Sumatera Selatan PT TeL merupakan pabrik
pulp yang menggunakan teknologi ramah lingkungan serta merupakan pabrik pulp
pertama di Indonesia yang menggunakan bahan baku kayu Acacia Mangium 100% dari HTI.Pada
bulan Desember 1999, pabrik ini mulai berproduksi dan pengapalan produk
perdana sebesar 72000 ADT melalui pelabuhan Tarahan pada tanggal 7 Februari 2000.
5.1.2 Lokasi Kegiatan
Berdasarkan
administrasi pemerintahan areal kawasan industri Pulp PT Tel seluas 1250 ha
berada di sebagian wilayah Desa Dusun Dalam, Muara Niru, Gerianam, Banuayu dan
Tebat Agung diwilayah Kecamatan Rambang Dangku, Keacamatan Gunung Megang, Kabupaten Muara Enim Provinsi
Sumatera Selatan. Luas area berdasarkan penggunaan lahan baik untuk pabrik,
unit pengolahan limbah, town site dan
infrastruktur penunjang lainnya.
5.1.3
Prinsip
Perusahaan
1.
Mematuhisetiapundang-undangdanperaturanInternasional
danlokal.
2.
Melakukan kegiatan
perusahaan secara transparan dan untuk memperoleh kepercayaan dari masyarakat
internasional dan lokal.
3.
Menghasilkan pulp yang
aman dengan kualitas terbaik dengan bahan baku kayu yang 100% berasal dari
Hutan Tanaman Industri dengan menggunakan praktek-praktek pengelolaan hutan
yang ramah lingkungan.
4.
Membina dan
mengandalkan kepercayaan bersama antara manajemen dan karyawan sebagai
landasan.
5.
Menciptakan masa depan
yang lebih baik bagi bagi karyawan dan keluarganya yang juga memberikan
kontribusi pembangunan sosial pada masyarakat sekitar perusahaan.
6.
Memperkuat nilai-nilai
Perusahaan melalui peningkatan kompetensi dan kemampuan teknis karyawan.
5.1.4 Proses Produksi Pulp di PT Tel
1.
Penyiapan Bahan Baku
Tahapan ini meliputi pemilihan bahan
baku, penyimpanan kayu (log)di log yard, pembuatan chip, penyimpanan chip,
dan penyaringan chip(chip screening). BahanbakuyangdigunakanolehPT
TeLberasaldariAccasia Mangiumyangakanmengalamibeberapatahapanprosesyangkemudianmenjadipulp.Bahanbakutersebutdiperolehdari
HutanTanamanIndustri(HTI), PT.Musi Hutan Persada (MHP), Tujuan dari proses
adalah untuk menyiapkan kayu yang baik dan memenuhi kriteria yang diinginkan
sebagai bahan baku untuk proses pemasakan di Unit Digester.Sedangkan limbah yang dihasilkan dari penyiapan bahan bak
berupa limbah padat(10% bark+3% fines) akan digunakan sebagai bahanbakar
di power boiler.
2.
Penyimpanan Kayu
Setelah mengalami proses pengeringan
secara alami selama 28 hari di wood yard,
kayu yang masih berupa log tersebut
kemudian dibawa oleh truk menuju gentle
feed, disini kayu yang masih berupa log
akan dicuci dengan air untuk menghilangkan pengotor seperti tanah pasir sampah
dan lain-lain.Log dikirim ke drum
barker kemudian log akan keluar
dari drum barker jatuh keconveyor. PT TeL memiliki tiga line
untuk dapat melakukan pengulitan kayu, yang pertama jenis drum yang digunakan
adalah drum barker dan yang kedua dan ketiga adalah rotary barker. Pada rotary barkeryang masuk ke drum akan
terkelupas kulitnya karena didalam drum tersebut terdapat gerigi yang akan
mengelupas kulit kayu.
. Dari tempat pengulitan kulit kayu
dibersihkan setelah dicuci log akan
dibentuk menjadi chip dengan alat chipper. Ukurannya beragam dengan
panjang 2 cm, lebar 3 cm, dan tebal 0,8 cm. Log yang dibentuk akan disimpan di chipyard dengan tujuan menghilangkan senyawa organik yang mudah
menguap pada proses pemasakan dan pemutihan. Untuk memudahkan membuat tumpukan
chip digunakan alat yang dinamakan screw
conveyor.Proses pengambilan chip dengan menggunakan screw conveyor menerapkan system FIFO (first in first out) dimana chip yang lebih dahulu diproduksikan
berada dibagian bawah tumpukan dan akan dimasak lebih dahulu pula.
Untuk menyeragamkan ukuran chip
digunakan alat chip screen. Ukuran
chip yang umum sebagai berikut : 1% over
size: 1% over thick : 5% accept: 85% pin:7,5%, dan fines/saw :0,5%.Dari
hasil saringan tersebut yang lolos langsung dikirim ketahapan selanjutnya
sedangkan yang tidak lolos kembali ke
chipper untuk dipotong sesuai ukuran bark dan sawdust dikirim ke power
boiler sebagai bahanbakar.
3.
Proses Pemasakan Digesting
Proses
ini melibatkan beberapa kegiatan diantaranya : chip feeding, dan digesting.
3.1
Chip Feeding
Setelah chip tersebut melewati saringan dan didapatkan ukuran accept size,
kemudian dilakukan beberapa tahapan proses sebelum dilakukan pemasakan, proses
tersebut mulai dari pemasukan chip ke dalam chip
bin melalui air lock feeder.Fungsidariair lock feederuntukmembatasiudarayangmasukkedalamchip binsehinggasecaratidaklangsungkandunganudaraakanberkurangkemudiandidalamchip binjugadiberikansteamyangberasaldariflashtank 2melaluiinternalheaderkemudiannozzleyangmenyebardisisibagianchip bin.
Chip meninggalkan chipmeter masuk ke LPfeeder.
Dari LPfeeder chip diumpankan ke steaming vessel dimana fungsi utama dari
alat ini untuk memisahkan gas dan udara didalam chip dengan menggunakan media steam dari flashtank.Fungsi lainya adalah untuk menjaga keseimbangan tekanan
pada sistem pengisian chip (chipfeedingsystem).Chipchute
adalah tabung tegak yang bertekanan fungsinya adalah untuk meredam chip bersama
dengan white liquor (lindih putih).
Lindih putih merendam chip di chipchute disirkulasikan dari HP feeder menuju sand separator yang berfungsi memisahkan kandungan pasir dari chip
dengan melewatkan cairan tersebut pada In
Line drainer dan untuk mencegah kelebihan lindi putih disediakan leveltank.
3.2
.Pemasakan (Digesting)
Dari HP feeder chip diumpankan ke top separator yang terdapat dibagian
atas digester. Digester memiliki 4
zona yang mempunyai fungsi masing-masing diantaranya cooking, lower cooking zone,
extraction zone dan washing zone.Lama penetrasi sekitar 30
menit menyebabkan reaksi eksotermis sehingga menaikkan suhu 1190C sebelum
impregnasi dan 1270 C akhir tahapan impregnasi. Pada akhir
impregnasi solid turun dan mengalir melalui pusat tabung melewati chip column menuju upper cooking.
Pada daerah pemasakan berlawanan arah setelah
saringan upper cooking chip masuk
kedaerah pemasakan lower cooking.Lindih
putih dan cold blow ditambahkan
kebagian pemasukan pompa lower cooking
dan masuk kesirkulasi cairan cooking.
Lindi putih dipanaskan dilower cooking
heater sampai lebih kurang 1620C dan dikembalikan ketengah digester diatas saringan sirkulasi lower melaui pipa sentral pulp dimasak mencapai Kappa number.Kappa number adalah
banyaknya kandungan lignin yang terkandung didalam pulp.
Setelah memasuki zone pemasakan maka chip akan memasuki zone ekstraksi.
Tujuan dari zone ekstraksi adalah mengeluarkan bahan pemasak yang kandungan
residual alkalinya sudah rendah yang bisa mengakibatkan bilangan kappa number yang tinggi dan jumlah Shieves yang tinggi
pada akhir pemasakan. Aliran ekstraksi masuk ke flash tank 1. Flash steam
yang dihasilkan digunakan untuk memanaskan chip di steaming vessel dan sisanya masuk ke chipbin. Jumlah flash steam
yang dihasilkan tergantung dari jumlah aliran cairan dan temperature cairan
ekstraksi. Dari flash tank 1 cairan
dialirkan ke flash tank 2. Steam dari
flash tank 2 dialirkan masuk ke chip bin
dan sisanya masuk ke flash steam
condenser. Dari ekstraction zone chip
turun masuk ke daerah pencucian yang disebut dengan Hi-heat
washing. Pada bagian ini juga di lakukan penambahan lindi putih. Disini
terjadi pencucian secara counter current.
Pada daerah H-heta
washing, dilution factor (faktor
pencuci) merupakan perbedaan antara aliran cairan pencuci yang naik dan aliran
cairan bersama chip yang turun.
Cairan pencuci yang naik berpariasi dengan pengaturan aliran cairan ekstraksi.
Factor pencuci yang normal adalah 0,5-1,0 ton dari cairan pencuci per ADT chip pada daerah pencucian. Terlalu
rendah faktor pencucian akan mengakibatkan laju chip turun terlambat. Efisiensi pencucian akan naik dengan
menaikkan temperature. Pada liquor
untuk mempertahankan residu alkali.
Di daearah washing sirkulasi terdapat
satu baris saringan, aliran cairan
melalui plat saringan menuju kedua pipa utama dibagian luar. Setiap saringan
dihubungkan terhadap salah satu kedua pipa utama tersebut.
Cairan pencuci yang berasal dari tangki filtrate pressure diffuser yang
dipompakan kebagian bawah digester.
Tujuan dari penambahan cairan ini untuk mendinginkan pulp sebelum dikeluarkan
sebelum dikeluarkan atau (blowing).Juga
berfungsi untuk menjaga tekanan bawah gester.
Cairan pencuci akan menggantikan cairan pemasak dan juga sebagai pengencer
untuk menurunkan konsentrasi chip
sebelum keluar sampai 10% chip yang telah dilakukan pemasakan selanjutnya
disebut pulp, pulp yang telah dimasak
dikeluarkan melalui outlet device dan
blow line akan mengakibatkan pulp
yang telah masak menjadi serat.
Setelah pemasakan, pulp dikeluarkan dan dikirim ke pressure diffuser untuk dilakukan
pencucian yang tujuannya dilakukan untuk memisahkan pulp dari cairan hasil pemasakan pada
pencucian air pencuci dimasukkan pada sekeliing diffuser kemudian masuk
kedalam pulp lalu naik keatas saringan ekstraksi. Tinggi naiknya saringan
ekstraksi adalah 0,76 m dan kecepatan naiknya diatur cepat dari kecepatan pulp.
Pulp dipompakan dari bagian bawah pressure. Didalam pressure diffuser terdapat saringan yang berfungsi untuk menyaring
pulp, mula-mula saringan tersebut akan naik perlahan dengan bantuan pompa hidrolik,
kemudian dari sisi samping bagian pressure
diffuser disemprotkan filtrat yang berupa lindi hitam, kemudian akibat
tekanan yang kuat dari filtrate tadi, cairan pemasak yang masih terdapat di
pulp akan terdorong keluar kebagian tengah dari pressure diffuser yang selanjutnya akan keluar dari bawah menuju
tangki penampung. Sedangkan pulp akan keluar dari bagian atas dengan
bantuan device srapper.
Ketika saringan naik, serat-serat akan banyak
menempel pada permukaan saringan dan akan delepaskan dengan dua cara, yaitu
dengan turunnya saringan yang cepat (kira-kira 0.9 detik) membantu melepaskan
serat-serat dari bentuk saringan yang kerucut, kecepatan turunya berkurang pada
daerah ekstraksi yang mengakibatkan cairan ekstraksi keluar melalui lubang
saringan dan mengeluarkan serat-serat yang masuk pada lubang saringan.
3.3. Proses Penyaringan dan Pencucian ( Screening and Washing)
Bubur pulp dari blow
tank yang dipompakan ke pressure knotter dengan tujuan untuk
memisahkan mata kayu (knot) serta serpihan kayu ( chip) yang tidak masak. Mata
kayu dan chip yang tidak masak dapat dibuang atau di kembalikan kebagian digester untuk kembali dimasak.Bubur
pulp yang sudah dimasak kemudian dicuci, proses pencucian yang dilakukan untuk
menghilangkan kadar soda dan sisa-sisa lignin yang terdapat dalam serat dan
juga untuk memisahkan black liquor
atau larutan pemasak dari bekas pulp. Selanjutnya pulp yang telah dipisahkan
dari black liquor disaring untuk memisahkan serat.
3.3.1
Delifignikasi oksigen
Oksigen digunakan dalam proses delifignikasi
untuk mengurangi kandungan lignin dari pulp yang belum dari proses pemutihan,
proses ini akan mengurangi jumlah oksigen yang digunakan dalam proses
pemutihan. Setelah melalui proses delinigfikasi, bilangan kappa berkurang.
3.3.2
Pemutihan (bleaching)
Pulp yang
dihasilkan dari proses delinigfikasi oksigen akan mengalami proses pemutihan
yang bertujuan untuk menghilangkan sisa lignin, warna, kotoran dan bahan-bahan
lain yang masi terkandung dalam pulp. Proses pemutihan yang digunakan adalah
proses ECF ( Elemental Chlorine Free)
100% CIO.Secara teknis proses
pemutihan dilakukan dalam 4 tahapan, yaitu Do, Eo, P, dan D1 D2.
Pada tahapan
pertama, pemutihan akan dilakukan pada konsistensi medium untuk memfasilitasi
penggunaan 100% CIO2 (tahap DO). Tahap berikutnya adalah tahap
ekstraksi denganNaOH (tahap E) yang diperkuat dengan penambahan oksigen (O2)
untuk mengurangi penggunaan CIO2
pada tahap-tahap berikutnya. Sebelum tahap akhir (D1 dan D2), pulp akan diberikan perlakuan peroksida juga akan mengurangi
penggunaan CIO2 dalam tahap
berikutnya, dengan demikian makin berkurang pula chlorinated producks yang dihasilkan. Pada akhir setia tahap
dilakukan penyemprotan dengan air panas yang berlawanan arah dengan aliran pulp untuk memperoleh pulp dengan tingkat kecerahan yang diharapkan.
3.3.2
Pengeringan dan
Pembentukan Lembaran Pulp
Proses yang
berlangsung dalam mesin pulp ini merupakan tahap akhir pembuatan pulp. Proses
ini mengubah pulp menjari lembaran-lembaran pulp dengan ukuran yang diinginkan. Pulp akan
mengalami tahapan sebagai berikut :
a. Pembersihan
terakhir sebelum pengeringan
b. Pengeringan
akan menghilangkan sisa-sisa air yang masih terdapat pada lembaran pulp dengan
cara mengalirkan uap panas pada bagian atas dan bawah lembaran pulp di Airborne Type Dryer dari proses ini dihasilkan pulpdengan
tingkat kekeringan sekitar 87%-95%.
c. Pemotongan
lembaran pulp yang kering
d. Pengepakan
pulp akhir yang siap di kirim kegudang
penyimpanan produk akhir pulp.Produk akhir yang dihasilkan dari
pembuatan pulp ini adalah berupa lembaran-lembaran pulp atau bale, dimana 1 bale = 250 Kg dan 1 unit = 8 bale = 2 ton. Accasia kraft pulp adalah kualitas
tertinggi dari bleached hardwood kraft pulp (LBKP) dan hanya satu-satunya di
produksi dari 100% HTI di Indonesia dengan
kapasitas desain sebesar 1.430 ADT/hari atau 450.000 ADT/ tahun. Saat ini
sebagian besar produk yang dihasilkan dikirim ke mancanegara dan selebihnya
disuplai ke pabrik kertas dalam negeri.
5.1.5
Struktur Organisasi
Lingkungan
Secara struktural satuan kerja lingkungan
dibagi menjadi dua
satuan kerja lingkungan berdasarkan peran dan fungsinya. Masing-masing adalah
Perencanaan Lingkungan di bawah Unit Perencanaan, Pengelolaan Lingkungan di
bawah Unit Pengelolaan Lingkungan dan Pemantauan Lingkungan.Masing-masing memiliki peran dan fungsinya yang
saling berkaitan antar satuan kerja. Pembagian
peran dan fungsi ini bertujuan agar pengelolaan dan pemantauan lingkungan dapat
berjalan lebih efektif dan efisien dimulai dari perencanaan sampai pelaksanaan. Sistem manajemen
lingkungan di PT
TeL mengelola sembilan parameter yaitu kualitas udara, limbah cair, limbah B3,
kebisingan dan program kemasyarakatan sampah domestik, potensi konflik sosial
dan kesempatan berusaha. Keseluruhan sistem tersebut dikelola dan dipantau dengan
berlandaskan pada peraturan pemerintah, Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Perda Muara Enim.
Tabel
5.1.
Peran
dan Fungsi Satuan Kerja Lingkungan
Satuan Kerja
|
Fungsi
|
Kegiatan
|
Perencanaan
lingkungan
|
Perencanaan
lingkungan
|
a)
Perencanaan dan pengelolaan
b)
Pelaporan
c)
Penelitian dan pembangunan
d)
Hubungan antara pemerintah daerah dan
pemerintahan pusat
e)
Mengestimasi kelayakan
f)
Desain pengawasan air dan perencanaan
rehabilitasi
|
Pengelolaan
lingkungan & reklamasi
|
Pelaksanaan/operasional
lingkungan
|
a) Persiapan
lahan
b) Pengelolaan
revegetasi
c) Mengefektifkan
revegetasi dan kesuburan tanah
d) Pembangunan
, saluran, dll
|
Sumber: Perencanaan
Lingkungan PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper.
5.1.6
Kegiatan Rencana Pengelolaandan Rencana Pemantauan Lingkungan di PT Tanjungenim Lestari Pulp
and Paper.
Sesuai dengan Undang – Undang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang
mempunyai dampak besar dan penting wajib dilakukan kajian Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan dan hasil akhir AMDAL harus berupa Recana Pengelolaan
Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan. Upaya
penanggulangan dampak negatif dan pengembangan dampak positif dilaksanakan
melalui kegiatan pengelolaan lingkungan, selanjutnya efektifitas pengelolaan
lingkungan ini dievaluasi dengan kegiatan pemantauan lingkungan dengan terlebih
dahulu menyusun dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan dilanjutkan
dengan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) sehingga hal ini merupakan panduan
bagi PT TeL dalam
memantau dan mengelola pelaksanaan pembanguna berwawasan lingkungan.
Selain
itu dokumen RKL-RPLdi PT Tanjungenim Lestari Pulp dan Paper ini berfungsi juga
sebagai pedoman bagi masyarakat sekitar yaitu warga di Desa Dalam, Desa Kuripan
Desa Tanjung Menang dan Desa Banuayuuntuk berpartisipasi secara aktif dalam
rangka pemantauan lingkungan dan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Muara Enim. Dokumen RKL-RPL ini
memberikan arahan dalam pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan lingkungan
oleh PT TeL and Paper. Kegiatan RKL-RPL ini
mempunyai banyak kegunaan yang berkaitan dengan pengelolaan hutan terutama di
kawasn MHP (Musi Hutan Persada) , baik untuk perusahaan, pemerintah dan masyarakat.
Rencana Pengelolaan
Lingkungan harus memuat mengenai upaya
untuk menangani dampak dan memantau komponen lingkungan hidup yang terkena dampak
, bukan hanya dampak yang disimpulkan sebagai dampak penting dari hasil proses
evaluasi holistik dalam ANDAL.Sehingga untuk beberapa dampak yang disimpulkan
bukan dampak penting, namun tetap memerlukan dan direncanakan untuk dikelola
dan dipantau (dampak lingkungan hidup lainnya), maka tetap perlu disertakan
rencana pengelolaan dan pemantauannya dalam RKL-RPL.
Rencana Pengelolaan Lingkungan di PT Tanjungenim Lestari
Pulp and Paper memuat tentang
upaya-upaya pencegahan, pengendalian dan penanggulangan dampak penting
lingkungan hidup yang bersifat negatif dan meningkatkan dampak positif yang
timbul sebagai akibat dari kegiatan produksi. Dalam pengertian tersebut upaya
pengelolaan lingkungan hidup di PT TeL mencakup 3 (tiga)
kelompok aktivitas :
a.
Pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk
menghindari atau mencegah dampak negatif lingkungan hidup melalui tata letak
(tata ruang mikro) lokasi, dan rancang bangun proyek.
b.
Pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk
menanggulangi, meminimalisasi atau mengendalikan dampak negatif baik yang
timbul disaat usaha dan/atau kegiatan beroperasi, maupun hingga saat usaha
dan/atau kegiatan berakhir (misalnya : rehabilitasi lokasi proyek).
c.
Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat
memberikan pertimbangan ekonomi lingkungan sebagai dasar untuk memberikan
konpensasi atas sumber daya tidak dapat pulih, hilang atau rusak (baik dalam
arti sosial ekonomi dan/atau ekologis) sebagai dasar untuk memberikan
kompensasi atas sumber daya tidak dapat pulih, hilang atau rusak (baik dalam
arti sosial ekonomi dan atau ekologis) sebagai akibat usaha dan/atau kegiatan.
Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL) di PT TeL memuat tentang upaya pemantauan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup, yang ditimbulkan akibat proses produksi di
perusahaan.Pemantauan Lingkungan ini
sangat penting diPT TeL karena
pemantauan lingkungan merupakan kegiatan yang berorientasi pada data
sistematik, berulang dan terencana.
Penyusunan
dokumen serta pelaksanaaan Rencana Pengeloaan Lingkungan dan Pemantauan
Lingkungan telah diterapkan diPT TeL. Dokumen tersebut terdiri dari 13
parameter yang terdiri dari kualitas udara, kebisingan, limbah padat atau
landfill, sampah domestik, flora fauna darat, kesempatan kerja,potensi konflik
sosial,pengelolaan bekerjasama dengan
Pemerintah Daerah, kualitas air permukaan, kesempatan berusaha, potensi konflik
sosial kegiatan proses, persepsi masyarakat dan kesehatan masyarakat. Parameter
tersebut dikelola dan dipantau tiap dua semester setiap tahunnya.
5.2.
Karakteristik Informan
5.2.1. Karakteristik Informan Kunci
Informan
kunci dalam penelitian ini berjumlah 3
(tiga) orang, yaitu 1 (satu) orang dari perencanaan lingkungan ( Superintendent lingkungan), 1 (satu)
orang dari Pengelola Lingkungan (Supervisor bagian Monitoring dan Landfill), dan
1 (satu) orang dari Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (Supervisor K3).
Adapun
karakteristik informan kunci pada penelitian ini akan dijelaskan pada tabel
berikut :
Tabel 5.2 Karakteristik Informan Kunci
No.
|
Jabatan
|
Inisial
|
Jenis Kelamin
|
Pendidikan
|
Umur (Tahun)
|
Masa Kerja (Tahun)
|
1
|
Superintendent
Lingkungan
|
SS
|
LK
|
S-1
|
44 Tahun
|
16 Tahun
|
2
|
Supervisor
Lingkungan
|
SN
|
LK
|
S-1
Teknik
Lingkungan
|
40 Tahun
|
14 Tahun
|
3
|
Supervisor K3
|
RD
|
LK
|
S-1
|
45 Tahun
|
5 Tahun
|
5.2.2. Karakteristik Informan
Adapun
karakteristik informan pada penelitian ini akan dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 5.3.Karakteristik Informan
Penelitian dari Karyawan
No.
|
Jabatan
|
Inisial
|
Jenis Kelamin
|
Pendidikan
|
Umur (Tahun)
|
Masa Kerja (Tahun)
|
1
|
Operator
Monitoring
|
JD
|
LK
|
SLTA
|
45 Tahun
|
14 Tahun
|
2
|
Clerk
|
HR
|
LK
|
SLTA
|
35 Tahun
|
14 Tahun
|
3
|
Operator
Landfill
|
PN
|
LK
|
SLTA
|
38 Tahun
|
14 Tahun
|
4
|
Operator
Limbah Padat
|
MR
|
LK
|
SLTP
|
47 Tahun
|
14 Tahun
|
5
|
Leader
|
SW
|
LK
|
S-1
|
37 Tahun
|
14 Tahun
|
6
|
Leader
|
MT
|
LK
|
S-1
|
42 Tahun
|
14 Tahun
|
7
|
Operator
Monitoring
|
AN
|
LK
|
SLTA
|
37 Tahun
|
14 Tahun
|
8
|
Clerk
|
NP
|
LK
|
SLTA
|
35 Tahun
|
14 Tahun
|
Tabel 5.4.Karakteristik Informan Penelitian dari Masyarakat
No
|
Jabatan
|
Inisial
|
Jenis Kelamin
|
Pendidikan
|
Umur (Tahun)
|
1
|
Kepala Desa
Banuayu
|
AD
|
LK
|
SLTA
|
38 Tahun
|
2
|
Warga
|
RN
|
WN
|
SLTP
|
30 Tahun
|
3
|
Kepala Pustu
|
SO
|
LK
|
S-1
|
33 Tahun
|
4
|
Dokter Klinik
|
AR
|
LK
|
S-1
|
32 Tahun
|
5
|
Warga
|
YN
|
WN
|
SLTA
|
28 Tahun
|
6
|
Kepala Desa
Dalam
|
SU
|
LK
|
SLTA
|
47 Tahun
|
7
|
Warga
|
NI
|
WN
|
SLTP
|
29 Tahun
|
8
|
Warga
|
DS
|
WN
|
SLTA
|
30 Tahun
|
9
|
Warga
|
SK
|
WN
|
SLTA
|
34 Tahun
|
10
|
Warga
|
LS
|
WN
|
SLTP
|
50 Tahun
|
5.3Hasil Penelitian
Penelitian melakukan observasi langsung ke lapangan
dengan menggunakan form checklist,metode focus grup discussion
dan juga melakukan wawancara mendalam serta telaah dokumen guna mengetahui
bagaimana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang telah dilakukan di PT
TeL. Untuk mendapatkan gambaran dan kelengkapan data dengan jelas dan benar,
peneliti menggunakan metode wawancara terhadap informan kunci dan metode focus grup discussion terhadap informan
untuk mengetahui sumber data yang diperoleh dari hasil wawancara. Untuk melihat
standar yang diterapkan perusahaan, peneliti juga melakukan telaah dokumen yang
ada di perusahaan tersebut yang berhubungan dengan rencana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup di PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper.
5.3.1. Pelaksanaan RKL-RPL
Penanggulangan dampak negatif dan pengembangan dampak
positif dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan lingkungan, selanjutnya
efektifitas pengelolaan lingkungan ini dievaluasi dengan kegiatan pemantauan
lingkungan dengan terlebih dahulu menyusun dokumen Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL) dan dilanjutkan dengan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
sehingga hal ini merupakan panduan bagiPT
TeLdalam
memantau dan mengelola lingkungan.Dokumen RKL- RPL ini telah diterapkan sebelum
perusahaan berdiri.Jika tidak menerapakan dokumen RKL-RPL maka suatu perusahaan
tidak dapat menjalankan proses produksi.Hal
ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan informankunci sebagai berikut,
.……..RKL-RPL merupakan suatu dokumen yang wajib
dimiliki oleh suatu perusahaan dan fungsinya itu untuk memantau segala
aktivitas dari proses produksi, seandainya tidak menjalankan peraturan tersebut
maka otomatis perusahaan ini tidak dapat berdiri ataupun tidak dapat
beroperasi, tetapi jika perusahaan masih tetap berjalan otomatis
kewajiban-kewajiban tersebut telah diterapkan…. (SS).
………RKL-RPL ini dokumen amdal ya fungsinya untuk
mengelola dampak negatif, ya jadi kalau ditanya peranannya dalam pengelolaan
lingkungan jelas memilki kontribusi yang sangat besar untuk mengatsi seluruh
dampak negatif dari perusahaan….. (RD)
Latar belakang penyusunan dokumen Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL) dan dilanjutkan dengan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) ini
sesuai dengan ketentuan pada Sistem Manajemen Lingkungan. Sesuai dengan
ketentuan ISO 14001 di dalam Sistem Manajemen Lingkungan terdapat tiga komitmen
yaitu comply to regulation (memenuhi
peraturan), prevention to pollution(pencegahan
terhadap pencemaran), dan continue
improvement (perbaikan secara berkesinambungan). Komitmen comply to
regulation diwujudkan dengan adanya dokumenRencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta merupakan kewajiban perusahaan
dan sebagai acuan untuk pengelolaan sehingga tidak terjadi kerusakan
lingkungan.Hal ini dapat diketahui dari hasil
wawancara dengan informankunci sebagai berikut,
.……..Ya sesuai dengan SML dimana kita tahu SML sebuah system yang
dibuat oleh lembaga bersertifikat internasional, di dalam SML itu ada tiga
komitmen yaitu comply to regulation, prevention to pollution, continue improvement…..
(SS).
.……..Latar belakang penyusunannya sendiri karena itu
merupakan kewajiban perusahaan dan sebagai acuan untuk mengelola lingkungan
supaya tidak rusak….(SN).
Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL), diberikan kepada konsultan. Hasil pemantauan dari
parameter yang terdapat di dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL), diserahkan ke Kementrian Lingkungan Hidup (KLH),
sejak adanya otonomi daerah hasil pemantauan tersebut diserahkan ke Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten dan (BLH) provinsi dan diserahkan ke Pusat
Studi Lingkungan (PSL).Hal ini dapat diketahui
dari hasil wawancara dengan informankunci sebagai berikut,
.……..Penyusunannya sendiri kita limpahkan ke
konsultant dan dari Jakarta yang capabilitynya bisa dipertanggungjawabkan, dulu
pada awal-awal kita menyerahkan semua hasil ke komisi AMDAL pusat namun setelah
keluarnya otonomi daerah kita menyerahkan seluruh hasil ke BLH provinsi dan BLH
kabupaten dan satu ke PSL yang ada di Pekanbaru….. (SS).
Laporan RKL-RPL
di PT. TeL mempunyai anggaran khusus setiap tahun. Untuk pemantauan tidak
termasuk pengelolaan limbah padat, pengelolaan limbah cair dan pengelolaan
terhadap pencemaran udara, anggaran yang dibutuhkan sekitar 130.000US$. Hasil pengelolaan dan pemantauan
diserahkan dalam bentuk hard copy maupun soft copy sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan oleh Pemerintah.Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan
informankunci sebagai berikut,
.……..Khusus untuk pemantauan saja biaya yang
dihabiskan 130.000US$ belum termasuk segala pengelolaan baik itu limbah B3,
udara maupun limbah cair dan semua itu ada anggaran khusus setiap tahunya….. (SS).
…….. Biasanya anggaran itu sudah ada pertahunya untuk pengelolaan dan pemantauan
setiap semester untuk jumlah ada pihak yang lebih mengetahui….. (RD)
Hasil Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL), tidak terbuka untuk umum dikarenakan belum
terdapat pengaturan yang mengatur hal tersebut.PT
TeL tidak
menginginkan hadirnya pihak- pihak yang akan mengakses data tersebut untuk
kepentingan pribadi.Bentuk perusahaan yang tidak
terbuka juga menjadi alasan tersendiri tidak terdapatnya hasil dokumen tersebut
di jejaring internet. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan
informankunci sebagai berikut,
.……..Hasil kita belum bisa diakses karena belum ada
peraturan seperti itu dan semua itu untuk mewaspadai adanya pihak- pihak yang
menggunakan data tersebut untuk kepentingan –kepentingan tertentu…… (SS).
…….Perusahaan kita kan milik swasta dan belum
berbentuk tbk jadi tidak wajib untuk menginformasikan hasil pengelolaan dan
pemantauan yang telah kami lakukan kepada masyarakat….. (SN).
Berdasarkan telaah dokumen pada laporan ISO 14001
kebijakan lingkungan merupakan bagian dari sistem manajemen lingkungan dan
disesuaikan dengan sifat ukuran dan dampak dari kegiatan produksi, mencakup
komitmen pada perbaikan berkelanjutan dan pencegahan pencemaran,
didokumentasikan, diterapkan dan dipelihara, dikomunikasikan kepada semua orang
yang bekerja pada atau atas nama organisasi tersedia untuk masyarakat.
Mengidentifikasi setiap dokumen yang direvisi dan memastikan agar dokumen yang
ditetapkan pihak eksternal sebagai dokumen penting untuk perencanaan dan
pengoperasian. Dokumen sebagai acuan untuk mengendalikan situasi yang tidak
sesuai dengan kebijakan, tujuan sasaran yang ditetapkan oleh prosedur.
5.3.2. Pengendalian Terhadap Dampak
Proses Produksi
PT. TeL memiliki
sistem manajemen dalam pengelolaan lingkungan dengan pelaksanaan tugas pada
divisi khusus yang menangani masalah lingkungan. Divisi tersebut adalahEnvironment Department. Divisi ini
mempunyai tugas dan kewajiban dalam upaya penanggulangan dan pengendalian
dampak lingkungan. Pencegahan dampak lingkungan yang ditempuh oleh PT. TeL
telah dikelola dengan menggunakan tekonologi reuse, recycle, replace dan reduce.Hal ini dapat diketahui dari
hasil wawancara dengan informankunci sebagai berikut,
.……..PT
Tel dari awal telah memiliki sistem manajemen lingkungan dan divisi yang
bertanggungjawab atas hal itu ialah divisi kita yaitu environment.Pengendalian seluruh dampak yang
ditimbulkan dari proses produksi kami kelola dengan menggunakan teknologi yang
canggih seperti reuse,recycle, replace dan reducekeseluruhan system tersebut
digunakan untuk mengelola seluruh dampak seperti limbah yang dihasilkan dari
chemical plant….. (SS).
Manajemen
limbahPT TeL mengacu pada hierarki waste auditing. Hal tersebut dirancang
untuk minimalisasi limbah yang sebesar- besarnya. Sehingga dapat terwujud
produksi bersih (cleaning production)
dan pembangunan limbah (disposal)
dapat dilakukan seminimal mungkin.Adapun dampak yang dihasilkan dari kegiatan
tersebut adalah dampak yang berasal dari
limbah cair, limbah padat dan limbah gas.Hal ini dapat diketahui dari hasil
wawancara dengan informankunci sebagai berikut,
……..PT TeL
sendiri dalam mengelola dampak telah menerapakan waste auditing dimana kita
tahu hal tersebut untuk meminimalisasi limbah yang sebesar- besarnya.sehingga
produksi bersih dapat diwujudkan dan pembangunan limbah dapat dilakukan
seminimal mungkin.Dampak
yang dikelola
dari proses produksi adalah dampak yang
berasal dari limbah cair, limbah padat dan limbah ga…. (SN).
Dokumen Rencana
Pengelolaan dan Rencana Pemantauan Lingkungan yang diterapkan di PT TeL
dianggap telah mampu dan dapat dijadikan acuan untuk menanggulangi,
meminimisasi, atau mengendalikan dampak negatif baik yang timbul pada saat usaha
dan/atau kegiatan yang ada. Jika tidak ada dokumenRencana Pengelolaan dan
Rencana Pemantauan LingkunganPT TeL tidak mampuuntuk menanggulangi,
meminimisasi, atau mengendalikan dampak negatif yang timbul dari proses
produksi. Hal tersebut dapat ditelaah serta dievaluasi dengan perolehan proper
hijau dan telah diterapkannya sistem manajemen
lingkungan oleh pihakPT TeL.Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan
informankunci sebagai berikut,
……..Ya
pasti karena kalau gak ada RKL-RPL kita gak bisa menanggulangi meminimisasi dan
mengendalikan dampak negatif karena kalau gak ada itu kita gak ada acuan tapi
dengan adanya RKL kita ada acuan dan ini bisa ditelaah dan dievaluasi
dengan proper hijau yang telah kita
dapatkan dan adanya system manajemen lingkungan…… (SS).
Berdasarkan
telaah dokumen Laporan RKL-RPLPT. TeL memiliki sistem manajemen dalam
pengelolaan lingkungan yang memuat upaya penanggulangan dan pengendalian dampak
lingkungan. Pencegahan dampak lingkungan yang ditempuh oleh PT. TeL dilakukan
dengan cara penggunaan teknologi dengan pendekatan system yang telah
terstandarisasi. Hal ini dapat diketahui dari telaah dokumen yaitu,
Dalam
pelaksanaan pengendalian terhadap dampak lingkungan, PT. TeL menerapkan beberapa
cara untuk menangani dampak yang ditimbulkan dari proses produksi yaitu sebagai
berikut: Reuse, Recycle, Reduce, Replace sedangkan
untuk pengendalian lingkungan yang ditempuh adalah : membuang dan
mengoperasikan unit pengolahan limbah cair diluar proses produksi secara terus
menerus, membangun dan mengendalikan pengoperasian peralatan pengendalian emisi debu dan gas yang
efisiensinya tinggi, mempertahankan dan memelihara areal hijau (buffer zone) seluas 252 Ha disekitas
pabrik untuk mengurangi gangguan gas dan kebisingan (noise barrier) kepemukiman terdekat dan mempertahankan habitat bagi
fauna daratan serta penyediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan domestik untuk masyarakat desa sekitar, memprioritaskan
penyerapan tenaga lokal untuk tenaga tetap dan tidak tetap, membangun dan
membuka fasilitas umum, (poliklinik, sarana olahraga, dan sarana ibadah) yang dapat
digunakan masyarakat umum.
Manajemen limbah
PT. Tel mengacu pada hierarkiwaste auditing. Hal tersebut dirancang
untuk minimalisasi limbah yang sebesar- besarnya. Sehingga dapat terwujud produksi
bersih (cleaning production) di
pabrik pulp PT. TeL karena pembangunan
limbah (disposal) dapat dilakukan
seminimal mungkin. Dalam pelaksanaan pemantauan lingkungan di PT. TeL, yang
dimaksud untuk mewujudkan peningkatan kualitas lingkungan agar dapat
dipertahankan sebagai mana fungsinya. Adapun limbah yang dihasilkan dari
kegiatan tersebut adalah limbah cair, limbah padat dan limbah gas.Sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1990 juga PP No.82 tahun 2001 serta perda
Muara Enim No.10 tahun 2001 pemantauan kualitas buangan limbah cair olahan (pH,
FLOW , TTS, BOD, COD, dan AOX) secara rutin setiap hari kecuali organohalogen
(AOX) setiap minggu.
Untuk
pengendalian pencemaran limbah cair, PT TeL telah memiliki instalansi untuk
pengolahan air limbah (IPAL) dengan kapasitas maksimum 100.000m3/hari,
yang dilengkapi dengan emergency basin dengan volume 40.000 m3 serta holding pond dengan volume 1.000.000 m3.
Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) PT.TeL ini disebut juga Effluent treatment yang berasal dari
Jerman ( Philipi Muller). Proses pengolahan limbah ini berfungsi untuk mengolah
limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik, yang sudah tidak dapat lagi didaur
ulang kembali sehingga menjadi limbah yang berada dibawah standar
pemerintahyang berlaku Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor.08 Tahun
2012 untuk industri.
Limbah cair yang
dihasilkan dari unit-unit pemrosesan dilewatkan ke unit pengolahan (IPAL)
sebelum dibuang ke Sungai Lematang. Saluran limbah cair yang masuk ke IPAL
dipisahkan menjadi dua saluran yaitu saluran limbah alkali dan asam. Hal
tersebut dilakukan agar penggunaan bahan kimia dapat dikurangi secara proses
penetralan diunit neutralization basin.
Sedangkan sludge dari primary clarifier ditambah dengan sludge mixing tank dan dikirim ke dewatering. Kemudian sludge
di belt filter press hingga
menghasilkan sludge cake yang
memiliki konsentrasi sekitar 36%. Filtral
dari dewatering dikembalikan ke aeration basin.Sludge cake ini merupakan produk effluent treatment yang kemudian dibuang
kedalam landfill.
PT. TeL juga mengolah limbah domestiknya
sendiri yang dihasilkan dari perumahan PT.TeL. Prinsip dari pengolahan limbah
domestiknya yaitu pertama dilakukan pemisahan kotoran, dilanjutkan dengan
sedimentasi, kemudian dilakukan aerasi secara biologi. Aerasi ini dilakukan
untuk menguraikan senyawa-senyawa organik dari limbah domestik tersebut. Tahap
terakhir adalah desinfeksi yang bertujuan untuk menghilangkan bakteri-bakteri. PT
TeL memilki Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang disebut effluent treatment berasal dari Jerman
(Phillpi Muler).Proses pengolahan limbah ini berfungsi untuk mengolah limbah
cair yang dihasilkan oleh operasional pabrik, yang sudah tidak dapat di daur
ulang kembali, sehingga menjadi limbah terolah yang sudah berada dibawah
standar pemerintah yang berlaku Peraturan Gubernur No. 08 tahun 2012 untuk
industri. Untuk pengendalian pencemaran udara PT TeL membangun peralatan
pengendalian pencemaran udara di masing-masing sumber. Untuk pengendalian pencemaran udara, PT TeL membangun
elestrastatic precipitator di boiler dan lime
kiln untuk menangkap debu hasil pembakaran dicerobong utama sebelum dibuang
keudara, sedangkan untuk cerobong proses kimia dibangun scrubber untuk menyerap
gas-gas buangan dengan bantuan cairan kimia
penyerap.
Selain itu untuk mengurangi dampak
bau yang dihasilkan pabrik pulp, maka PT TeL membangun NCG treatment yang akan membakar gas-gas yang tidak terkondensasi (
Non- Condensable Gas) digester dan
evaporator di Quench banner. Gas-gas
hasil pembakaran akan dilewatkan melalui scrubber
untuk menyerap gas-gas tersebut dengan bantuan larutan NaOH dan selanjutnya
dapat dibuang ke udara melalui cerobong. Efisiensi dari NCG plant ini adalah 99% dan
diharapkan tidak ada bau lagi dari pabrik. Sedangkan larutan penyerap yang
keluar dari scrubber dikirim ke bleaching plant untuk digunakan sebagai absorber.NCG treatment ini merupakan
teknologi baru di industri pulp dalam pengembangan perlindungan lingkungan.
5.3.3. Keterlibatan Masyarakat dalam Pengelolaan
Lingkungan
Keterlibatan masyarakat dalam
menyampaikan pendapat dan saran, akan menunjang tercapainya suatu keputusan
yang optimal. Diikutsertakannya warga masyarakat Desa sekitar yaitu Desa Dalam,
Desa Tanjung Menang, dan Desa Banuayu serta Desa Kuripan akan memperbesar
kesediaan masyarakat dalam menerima keputusan dan pada gilirannya akan
memperkecil kemungkinan timbulnya sengketa lingkungan. Dalam
prosesini masyarakat menyampaikan aspirasi, kebutuhan dan nilai-nilai yang
dimilikimasyarakat, serta usulan penyelesaian masalah dari masyarakat
yangberkepentingan dengan tujuan memperoleh keputusan yang terbaik. Sesuai
dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat
dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan dokumen pengelolaan
lingkungan. Pada awal proses pendirian perusahaan tepatnya dua tahun setelah
perusahaan didirikan pihak PT TeL
mengadakan sosialisasi kepada warga masyarakat sekitar dan pihak dari
laboratorium berdiskusi dengan warga tentang pengelolaan limbah yang telah
dilakukan di perusahaan.Hal ini dapat diketahui
dari hasil wawancara sebagai berikut,
……Dulu baru-baru
dibuatnyo TeL setelah dua tahun setelah resmi jadi dan beoperasi baru ada dari pihak TeL yang mensosialisasikan tentang
pengelolaan limbah, disitu kami diminta mengeluarkan pendapat tapi itu pada
awal saja…. (AD).
Masyarakat telah
terlibat dalam proses penyusunan dokumen pengelolaan lingkungan namun pada awal
penyusunan saja. Mereka juga beranggapan bahwa hanya kepala desa saja yang ikut
campur tangan dalam proses penyusunan tersebut sedangkan mereka yang dari
kalangan biasa merasa tidak pernah dilibatkan.Hal
ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan informan sebagai berikut,
……..Pernah ado
memang kami dipanggil tapi hanya kepala
desa kami be itu ntu sekitar tahun 98-an…(DS).
…….Raso aku
pernah tapi kepala dusun be setau aku yang melok ntu kami dari rakyat biase ni
dag ikut campur tangan la kami hanya merasakan dampaknyo be …(SK).
Keterlibatan Masyarakat
dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan dokumen pengelolaan
lingkungan yaitu Recana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan
Lingkungan telah diterapkan di PT TeLnamun
masyarakat yang terlibat adalah kepala Desa Dalam, Desa Tanjung Menang, Desa
Kuripan dan Desa Banuayu. Masyarakat tersebut
ikut berpartisipasi pada awal pembuatan yaitu pada tahun 1998 dan setiap
semester pihak perusahaan mengadakan survey dimasyarakat untuk mengetahui apakah
masyarakat merasakan dampak positif ataupun negatif terhadap proses operasi
pabrik. Hal ini dapat diketahui dari hasil
wawancara dengan informan sebagai berikut,
……Kalau awalnyo
berdiri kami kepala desa baik itu dari Desa Dalam, Desa Tanjung Menang, Desa
Kuripan dan Desa Banuayu ade dipanggil dari Pihak TeL disitu dibicarakan
tentang dampak-dampak yang akan terjadi dari proses pabrik ini dan itu sekitar
tahun 1998 sekali itu saja, Kalau tiap tahunnya idag pernah diunjuk tahu lagi
namun tiap enam bulan sekali ade pihak yang mendate apakah kami merasekan
dampak positif atau negatif baik itu dari kebisinganye, dari kualitsas air
Sungai Lematangnye….. (SU).
Berdasarkan
telaah dokumen Laporan RKL-RPL tahun 2013 masyarakat memang telah dilibatkan
dalam proses penyusunan dokumen pengelolaan dan pemantauan dengan diadakan
survey ke masyarakat tiap semester sejak tahun 2000 sampai saat ini. Survey
tersebut bertujuan unuk mendata aspirasi masyarakat baik positif ataupun
negatif.Hal ini dapat diketahui dari telaah dokumen yaitu,
Persepsi
masyarakat merupakan salah satu dari parameter yang dikelola dan dipantau oleh PT
TeL dimana dampak bersumber dari kegiatan mobilitas tenaga kerja, pengelolaan
air baku, proses produksi, pengelolaan limbah cair dan gas. Dampak yang timbul
minimal persepsi negatif atau bahkan konflik terbuka. Pengelolaan di lakukan di
Kecamatan Gunung Megang terutama Desa
Dalam dan Kecamatan Rambang Dangku terutama Desa Banuayu, Desa Kuripan , dan
Desa Menang.Survei ini melibatkan 200 responden dengan meliputi sepuluh desa
yang berada di Ring I, Ring II, dan Ring III PT TeL.(RKL-RPL, 2013).
5.3.4. Efektivitas Parameter RKL-RPL
Penyusunan dokumen serta pelaksanaaan Rencana
Pengeloaan Lingkungan dan Pemantauan Lingkungan telah diterapkan diPT TeL.Dokumen
tersebut terdiri dari 9 parameter yang terdiri dari kualitas
udara,kebisingan,limbah padat atau landfill,sampah domestik,potensi konflik
sosial,kualitas air permukaan,kesempatan berusaha,persepsi masyarakat dan
kesehatan masyarakat.Parameter tersebut dikelola dan dipantau tiap dua semester
setiap tahunnya.
1.
Kualitas
Udara
Kualitas udara merupakan tahap awal untuk memahami dampak
negatif cemaran udara terhadap lingkungan. Kualitas udara dipantau oleh pihak
konsultan. Berdasarkan hasil FGD dengan karyawan di PT TeL didapatkan
kesimpulan bahwa dari segi kepatuhan karyawan telah menggunakan masker, tetapi
jika ada yang tidak menggunakan dikarenakan mereka merasa tidak nyaman. Pihak
konsultan menguji kualitas udara setiap enam bulan sekali. Adanya bau yang
berkepanjangan disebabkan oleh cuaca sehingga bau tersebut tidak naik ke atas
permukaan tetapi terendap. Hal itu yang menyebabkan bau yang menyebar hingga ke
desa-desa sekitar pabrik.Hal ini dapat diketahui dari hasil FGD dengan informan
sebagai berikut,
…….Karyawan
disini sudah pakai masker galo tapi wajar men ado yang dag pakai masker kerna
mereka merasa dag nyaman, untuk yang nguji ada pihak konsultant dari Bogor
untuk mengawasi kualitas udara di PT Tel ini, oo kalu bau itu biasonyo kerna
cuaca jadi dio ngendap yo ditunggu be sampai terang gek naik keatas lagi (JD).
……Yo
diunjuk per seksi kami ni masker, kalu soal pakai memakai tergantung
masing-masing. Setau aku ado orang dari Kemen LH yang ngcecek kualitas udara
ni, bau itu karena cuaca dan mungkin lagi ado system yang tidak berfungsi tapi
biasonyo dag lamo idag (SW).
…..Sepenglihatanku
diunjuk masker gale kami ni, apelagi men kami kerja di daerah rawan debu cag di
recaust, ade dari Bogor yang ngawasi kualitas udara di Tel ini, dan itu aku
sendiri yang bawa hasilnye ke Palembang setiap enam bulan, kalu bau itu biase
kan dag sampai sakit (HR).
Berdasarkan
hasil FGD dengan masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik seperti Desa Dalam
dan Desa Banuayu. Mereka merasakan bau yang ditimbulkan dari aktivitas pabrik.
Hal tersebut terjadi seharian dan akan hilang ketika cuaca kembali normal. Bau
yang ditimbulkan juga terjadi pada saat pabrikshut down.Efek dari bautersebut tidak sampai membuat penyakit
tetapi terkadang merasakan pusing dan mereka langsung akan menutup pintu
rumahnya sehingga bau dari aktivitas pabrik tidak menyebar di area rumah.Hal
ini dapat diketahui dari hasil FGD dengan informan yaitu,
…..Pasti
ado men bau ntu cuma kami ni lha terbiase , kadang seharian dag sampai sehari
(NI).
……Biasonyo
ntu men pabrik lagi dag beoperasi baru baunyo ntu muncul, kalu sakit parah idag
paling pusing dek (SK).
……Dalam
seminggu ntu pasti ado yo men lamo harus nutup pintu biar dag menyebar masuk ke
rumah (LS).
Berdasarkan observasi
yang dilakukan diPT TeL, para karyawan telah diberi masker, namun masih
terdapat karyawan yang tidak menggunakan masker dengan alasan ketidaknyamanan.
Emisi gas buang yang berasal dari turbin genset, recovery boiler dan power
boiler dan mesin di daerah recaustizingtelah
dibuang ke lingkungan melalui stack gas.
Seluruh ruang produksi dan gas buang disirkulasikan melalui ventilasi ruangan.
Pengelolaan dan pemantauan dilakukan setiap enam bulan sekali. Jumlah pohon
pelindung di dalam pabrik cukup terbatas. Pengelolaan gas tidak menggunakan
proses roaster.
Tabel 5.5 Hasil observasi menggunakan
tabel efektivitas :
Parameter
|
Hasil
|
Keterangan
|
1.
Kualitas Udara
|
|
CE
|
|
-
|
|
|
√
|
|
ventilasi, sedangkan debu keluar
melalui ventilasi ruangan.
|
√
|
|
|
√
|
|
5.Ambient, dilakukan pengelolaan
dengan penanaman pohon pelindung di dalam pabrik.
|
-
|
|
6.Pengelolaan gas dengan menggunakan
proses roaster dan tidak
menyebar keluar.
|
-
|
Berdasarkan telaah dokumen Laporan RKL-RPL tahun
2013,sumber dampak berasal dari emisi debu dari power boiler, recover boiler,dan lime kiln, serta emisi H2S,
SO2, NO2, dan ClO2 yang berasal dari power boiller, recovery boiler, lime kiln,dissolving tank,digesting
tank,dan bleach tank. Dampak emisi gas dan debu yang timbul pada tahap
operasi dapat menimbulkan masalah kesehatan terhadap masyarakat disekitar
pabrik dan juga terhadap karyawan dipabrik
Upaya pengelolaaan yang dilakukan
yaitu pengendalian terhadap debu dan emisi gas dengan menggunakan alat
pengendali pencemaran udara yang memiliki efisiensi tinggi yaitu electrostatic precipitators dan cyclone separators (CS). Area yang
dipantau ialah kantor environmental,
daerah town site, pos water intake yang terdapat di daerah town site dan Pos Gudang B3. Pemantaun
dilakukan pada awal tahun dan pertengahan tahun dan hasil tersebut diserahkan
ke BLH provinsi.
Tabel 5.6 Pemantauan Debu di Area PT Tel
Lokasi
|
Debu Jatuh(ton/km2/bln)
|
Baku Mutu(ton/km2/bln)
|
Kantor Environmental
|
8,28
|
10
|
Pos Gudang B3
|
9,39
|
10
|
Town
Site/Guest House
|
5,56
|
10
|
Pos Water Intake
|
6,04
|
10
|
Sumber: (RKL-RPL, 2013)
2.
Kebisingan
Kebisinganmerupakan
tahap awal untuk memahami dampak negatif yang berasal dari mesin produksi.
Kebisingan dipantau oleh pihak safety setiap enam bulan sekali. Berdasarkan
hasil wawancara mendalam dengan informan
kunci didapatkan kesimpulan bahwa muffler belum mampu meredam kebisingan yang
disebabkan oleh mesin produksi terutama mesin power boiler dan recovery
boiler, sehingga untuk mengatasinya mesin sebaiknya diisolasi, setiap
karyawan di area yang rentan tersebut diperlengkapi dengan ear plug dan juga ear muff
namun dengan alasan ketidaknyamanan mereka tidak menggunakan alat pelindung
diri tersebut. Jika mereka tidak menggunakan ear plug dan ear muff
menjadi tanggung jawab individu tidak dilimpahkan ke perusahaan.Hal ini dapat
diketahui dari hasil wawancara dengan informan kunci sebagai berikut,
….Hanya
dengan muffler saja tidak dapat meredam kebisingan,paling tidak untuk meredam
kebisingan sebaiknya mesin tersebut diisolasi, dan jika terjadi kelebihan
ambang batas biasanya dikarenakan karyawan itu sendiri tidak memakai alat
pelindung diri…… (RD).
…..Sebenarnya
semua karyawan dilengkapi dengan ear plug apalagi karyawan tersebut area
kerjanya di recovery boiler sebaiknya dilengkapi dengan ear plug dan juga ear
muff …..(RD).
…..Pemeriksaanya
sendiri setiap enam bulan sekali, dan jika terjadi kelebihan ambang batas ya itu konsekuensi karyawannya dan bukan
tanggung jawab perusahaan lagi ….(RD).
Berdasarkan
hasil FGD dengan masyarakat dan karyawan yang tinggal di sekitar pabrik seperti
Desa Dalam dan Desa Banuayu. Mereka merasakan kebisingan dikarenakan letak desa
yang dekat dengan daerah recovery boiler
dan power boiler. Kebisingan makin
meningkat pada malam hari sehingga menyebabkan gangguan kenyamanan dan pada
pekerja gangguan konsentrasi kerja.Hal ini dapat diketahui dari hasil FGD
dengan informan sebagai berikut,
…..Yo
teraso dek kerna desa kami ni lha yg paling dekat dengan pabrik ntu, belakang
area pabrik langsung desa kami la…. (DS)
…..Malam
biasonyo paling bising ntu men siang dag pulo tapi men malam teraso nian…..
(SK).
….aii
kawan yang di boiler ntu pakai ear plug
jugo kadang masih teraso bising yo cak mano ini lha gawean paling istirahat men la rasonyo dag nyaman lagi…..
(AN).
Berdasarkan observasi
yang dilakukan di PT TeL, pengelolaan kebisingan terutama didaerah ruang
produksi seperti recovery boiler, dan power boiler telah dilengkapi dengan alat
peredam getaran. Pemberian ear plug
kepada karyawan walaupun tidak keseluruhan karyawan yang menggunakan ear plug tersebut dengan alasan tidak
nyaman. Pemeriksaan berkala setiap enam bulan sekali oleh pihak safety.
Tabel 5.7Hasil observasi menggunakan
tabel efektivitas :
Parameter
|
Hasil
|
Keterangan
|
2.
Kebisingan
|
|
CE
|
|
√
|
|
|
-
|
|
|
-
|
|
batas
lahan pabrik.
|
√
|
|
|
√
|
|
|
-
|
Berdasarkan telaah dokumen Laporan RKL-RPL tahun
2013,sumber dampak yaitu pada tahap operasi pabrik, termasuk transportasi bahan
baku dan produk yang dapat menimbulkan kebisingan terhadap pemukiman terdekat.
Dampak yang ditimbulkan berupa masalah kesehatan terhadap masyarakat sekitar
terutama pemukiman terdekat yaitu desa dalam dan karyawan pabrik.
Tolok ukur kebisingan adalah 55 dB(A). Upaya
pengelolaan yang dilakukan selama tahun 2013 adalah mengendalikan kebisingan
dengan pemasangan silencer (peredam
suara) atau muffler pada mesin-mesin pabrik. Spesifikasi peralatan disyaratkan
dengan tingkat bunyi maksimum 86 dB (A) untuk jarak 25 m. Apabila kebisingan
mesin lebih dari 85 dB (A) maka mesin ditempatkan di ruang tertutup
(diisolasi), sehingga suara yang menyebar keluar (kelingkungan) menjadi
berkurang. Sumber-sumber kebisingan dengan intensitas tinggi berasal dari mesin
pabrik, seperti turbo generator,
debarking/chipping, recovery boiler, power boiler dan sebagainya.
Pemantauan kebisingan pada tahun 2013 dilakukan di
lingkungan pabrik sampai batas pagar.Hasil pemantauan tingkat kebisingan
didaerah sekitar lokasi pabrik yaitu bagian selatan 58,1 db dan yang paling
tinggi ialah daerah pada bagian timur tempat recovery boiler dengan nilai kebisingan 64 db. Sedangkan di area
pemukiman Desa yang paling tinggi inetnsitas kebisinganya ialah Desa Dalam
dengan intensitas kebisingan 59,2 db.
Tabel 5.8 Hasil Kebisingan di Area
Pabrik
Lokasi
|
Hasil db (A)
|
Baku Mutu db (A)
|
Selatan
|
58,1
|
65
|
Barat
|
40,5
|
65
|
Utara
|
40,1
|
65
|
Timur
|
64,0
|
65
|
Sumber
: RKL- RPL 2013
Tabel 5.9 Hasil Kebisingan di Area
Permukiman Pada Tahun 2013
Lokasi
|
Hasil db (A)
|
Baku Mutu
|
|
Siang
|
Malam
|
||
Desa Benuang 1
|
51,0
|
47,4
|
55
|
Desa Benuang 2
|
50,0
|
47,4
|
55
|
Town
Site/Guest House
|
49,1
|
46,8
|
55
|
Desa Tanjung Menang
|
48,4
|
50,9
|
55
|
Desa
Dalam
|
55,3
|
59,2
|
55
|
Sumber
: RKL- RPL 2013
Berdasarkan data formulir kebisingan lingkungan
kerja di PT TeL didapatkan hasil bahwa daerah yang melebihi baku mutu standar
yaitu daerah pulp mesin pada dryer
dan cuffer ABB serta recovery boiler khususnya lantai dua,
daerah chemical plant pada air compressor, daerah cooking bleaching pada digester dan cooking area serta power
boiler pada lantai dasar. Hal ini dapat digambarkan dengan tabel berikut :
Tabel 5.10 Data Kebisingan di Area PT
Tel
No
|
Nama Lokasi
|
Hasil dbA
|
Keterangan
|
1
|
Pulp
Machine - Dryer
- Cutter ABB
|
97,2
87,4
|
Melebihi
NAB
Melebihi
NAB
|
2
|
Ware
House - Tail Man
- Loading Pulp
|
76,5
70,5
|
Dibawah NAB
Dibawah NAB
|
3
|
Recovery
Boiler - Lantai Dua
- Fasility Room
|
98,4
60,4
|
Melebihi
NAB
Dibawah NAB
|
4
|
Chemical
Plant - Air Compressor
- HCl Plant
|
87,6
92,2
|
Melebihi
NAB
Melebihi
NAB
|
5
|
Chip - Main DCS
- Control
Room
|
64,2
60,2
|
Dibawah NAB
Dibawah NAB
|
6
|
Cooking
Bleaching – Hydrolic Room
- Digester Area
|
94,8
99,7
|
Melebihi
NAB
Melebihi
NAB
|
7
|
Power Boiler - Lantai Dasar
- Fasility Room
|
87,5
69,3
|
Melebihi
NAB
Dibawah NAB
|
Sumber
: Form Kebisingan 2013 PT TeL
3. Sampah Domestik
Sampah domestik berasal dari sampah yang berasal
dari kegiatan rumah tangga masyarakat penghuni
town sitedan perkantoran.
Sampah domestik yang ada di area pabrik di kelola oleh pihak General Affair. Sampah domestik dibuang
ke drum yang diklasifikasikan menjadi tiga jenis. Karyawan yang bertanggung
jawab di bidang limbah mengatakan bahwa sering terjadi pencampuran antara
sampah domestik dan limbah B3 seperti majun dan sekrup. Hal itu terjadi di area
mechanical dan juga evaporator. Pencampuran sampah domestik
dan juga limbah B3 merupakan suatu pelanggaran, dan setiap seksi yang melakukan
pelanggaran akan mendapat form abnormality.Hal ini dapat diketahui dari hasil
FGD dengan informan sebagai berikut,
…..Ya pernah dan yang paling sering di area
mechanical dan area evaporator, drum sudah disediakan menjadi beberapa jenis
tapi masih saja membuang sekrup di tempan majun atau sampah domestik bergabung
dengan majun di satu drum… (PN).
…..GA yang nanganinyo tu, GA ngambeknyo tiap hari
kecuali libur, Biasanyo ntu yang tercampur oli bekas dan majun ke drum sampah
domestik, kalau tiga kali pelanggaran ya kami bawa ke manager…. (AN).
…..Sebenarnyo menurut peraturan itu dag biso tecampur
men tecampur kami complain ke seksi terkait gek dibuat laporan abnormalitynyo…
(NP).
Berdasarkan hasil FGD dengan masyarakat yang tinggal
di sekitar pabrik. Sampah domestik yang ada di area town site ( Desa Banuayu) berasal dari sampah rumah tangga. Setiap
hari sampah tersebut diangkut oleh petugas namun hari libur atau akhir minggu
petugas tidak mengangkut sampah. Penumpukan sampah menyebabkan gangguan estetika
seperti adanya lalat dan menyebarnya sampah di jalanan.Hal ini dapat diketahui
dari hasil FGD dengan informan yaitu,
…..Sampah disini diangkut samo petugasnyo, ado
petugas yang datang tiap pagi, men libur atau akhir minggu kate…. (YN).
……Petugasnyo dag datang men hari libur jadi sampah
kami ntu numpuk, nyebar kemano mano…. (RN).
..…Setiap pagi sampah diambil samo petugas tapi dek
men la akhir minggu sudah la,,tunggu senin baru diambil lagi….. (AD).
Berdasarkan observasi yang dilakukan di PT TeL,
sesuai dengan hasil FGD sampah domestik dikelola oleh General Affair. Bak penampungan sampah juga dibedakan menjadi
beberapa jenis namun pengangkutan sampah tidak dilakukan setiap hari. Setiap
seksi juga belum memiliki kesadaran untuk membuang sampah sesuai dengan bak
penampunganya. Sampah domestikdiangkut ke Tempat Pembuangan Akhir di Prabumulih
dan belum ada pemanfaatan atau pendaurulangan kembali.
Tabel 5.11 Hasil observasi menggunakan
tabel efektivitas :
Parameter
|
Hasil
|
Keterangan
|
3.
Sampah Domestik
|
|
KE
|
|
√
|
|
|
√
|
|
|
-
|
|
|
-
|
|
|
-
|
|
|
-
|
Berdasarkan telaah dokumen Laporan RKL-RPL tahun
2013, sumber dampak berasal dari sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga
masyarakat penghuni town sitedan perkantoran. Tumpukan
sampah domestik dapat menimbulkan bau, menjadi media hidup dan berkembangnya
lalat dan genetika yang buruk yang mengakibatkan keluhan (persepsi masyarakat) dan gangguan kesehatan karyawan. Sebagai
tolak ukur dalam pengelolaan sampah domestik antara lain: bau yang menyengat
atau tidak sedap. Populasi lalat meningkat, estetika (pemandangan kurang sedap)
dan adanya keluhan masyarakat.
Waktu pengelolaan, bak penampungan sampah sementara
dibangun pada saat kegiatan rumah tangga
di town site, telah berjalan.
Kegiatan pengangkutan dan pembuangan sampah ke TPS berlangsung selama ada
kegiatan rumah tangga di town site dan perkantoran. Lokasi
pengelolaan bak penampungan sampah dibangun pada setiap ujung blok perumahan di
town site dan TPS dibangun didekat
lokasi landfill serta tempat pembuangan sampah akhir (TPA), upaya pengolaan
sampah domestik yang dilakukan ialah membuat tempat penampungan sampah yang
berupa bak sampah dan TPS. Bak sampah berada pada ujung blok perumahan dan TPS
( Tempat Penampungan Sementara) terletak diareal landfill. Selanjutnya dari
TPS, sampah akan diangkut ke TPA di prabumulih. Pengangkutan sampah dari tong
sampah ke bak sampah, dari bak sampah ke TPS dan dari TPS ke TPA. Pengangkutan
sampah dilakukan oleh contractor yang berada dibawah pengawasan depertemen General affair Department (GDA) yang
bertanggung jawab didalam pengangkutan sampah dari tong sampah baik yang
beralokasi di area pabrik maupun yang berada
dilokasi town site (perumahan)
ke (TPS) sampah domestik, sedangkan dan TPS ke TPA dilakukan oleh CV. Vitra Dwi
Suci.
4.Kesempatan Berusaha
Kesempatan
berusaha di sekitar PT TeLdimanfaatkan oleh penduduk lokal.Warga tersebut
bekerja berdasarkan kontrak. Jenis pekerjaan bermacam- macam seperti pengatur
taman, penyapu jalan, sedangkan untuk kesempatan untuk berjualan bagi
masyarakat sekitar serta adanya transportasi umum belum diterapkan PT TeL
dikarenakan tidak memiliki izin dari management perusahaan.Hal ini dapat
diketahui dari hasil FGD dengan informan sebagai berikut,
…..Ado warga sekitar yang bekerja di TeL ni tapi
kontrakan seperti tukang cabut rumput, tukang sapu jalan diambil dari desa-desa
sekitar ni la kalu untuk kantin samo transportasi umum dag kate karena
perusahaan ni punya Jepang jadi disiplinyo kuat….. (JD.
…..Menurut aku seharusnyo ado kantin samo tranportasi
umum cak tukang ojeklyang biso masuk cuma pihak perusahaan berkata lain, ya
mungkin supaya karyawan dag keluar-keluar….. (HR).
…..Pekerja kontrakan ado dari warga sekitar untuk
nata taman samo nyapu jalan tapi untuk kantin di perusahaan dag kate dek, tu
kebijakan perusahaan supaya kami dag santai-santai….. (PN).
Berdasarkan
hasil FGD dengan masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik. yaitu Desa Banuayu
Desa Dalam jika ada kesempatan berusaha
dari pihak PT TeL pertama kali diumumkan di balai desa. Pekerjaan tersebut
bersifat kontrak ataupun memiliki waktu tertentu, jenis pekerjaan seperti pengatur
taman serta penyapu jalan. Mereka dapat berjualan di area komplek dan memiliki
batasan waktu serta harus berjalan kaki / menggunakan gerobak. Sedangkan untuk
berjualan di area pabrik mereka tidak mendapatkan izin. Hampir keseluruhan
responden beranggapan bahwa perusahaan tidak memberikan pengaruh terhadap
kesempatan berusaha. Hal ini dapat diketahui dari hasil FGD dengan informan
sebagai berikut,
……Biasonyo men lagi buka gawean tu diumumke ke
kepala desa, gek kami dipilih berdasarkan ketentuan- ketentuan, jenisnyo macam-
macam dek ado nyapu jalan yo kerja-kerja lepas cag itu la, kalu soal jualan
setau aku belum ado.Kalu aku pribadi dag ado pengaruh langsungyo dari pabrik ni
dag ado dampaknyo ke aku…. (DS.)
……Kami dag berjualan di area pabrik dek, kami
dibolehke di komplek dan itu cuma pagi samo sore dan harus jalan kaki dag bole
pakai motor dek. Yo itu tergantung la dek kalu untuk jadi buruh di pabrik raso
aku itu orang-orang tertentu bae…. (LS).
…..Biso berjualan tapi di area perumahan dek, aku jugo
pernah tapi la berhenti dek harus keliling pakai gerobak. Bagi keluarga dag ado
dampaknyo dek kalu orang terpilih yang merasake dampak dari dibangunnyo pabrik
ni…. (NI).
Berdasarkan observasi yang dilakukan diPT TeL,
sesuai dengan hasil FGD untuk parameter kesempatan berusaha mobilisasi tenaga
kerja melibatkan pihak desa dan RW. Kebtuhan tenaga kerja diinformasikan di
Balai Desa. Peluang kerja bersifat kontrak tidak berkesinambungan. Kesempatan
berjualan tidak untuk di area pabrik tetapi untuk perumahan.
Tabel 5.12 Hasil observasi menggunakan
tabel efektivitas:
Parameter
|
Hasil
|
Keterangan
|
4.
Kesempatan Berusaha
|
|
KE
|
|
√
|
|
|
√
|
|
|
-
|
|
|
-
|
|
|
-
|
|
|
-
|
Berdasarkan telaah dokumen Laporan RKL-RPL tahun
2013, sumber dampak dari mobilitas pekerja dan kegiatan-kegiatan PT TeL, diluar
proses produksi antara lain : Pemeliharaan gedung dan taman, pengecetan gedung,
pengadaan bahan marerial bangunan seperti pasir dan lain-lain. Dampak yang ditimbulkan adalah, timbulnya
kesempatan berusaha di sekitar PT TeL yang dimanfaatkan oleh penduduk lokal.
Sedangkan tolak ukur pengelolaan tidak bermanfaatnya peluang usaha oleh
sejumlah penduduk lokal.Waktu pengelolaan dilaksanakan selama operasi pabrik
berlangsung dan lokasi pengelolaan di Desa Dalam (Kecamatan Gunung Megang),
Desan banuayu, Gerinam, Tebat Agung, Muara Niru, Kuripan dan Kasih Dewa (Kecamatan
Rambang Dangku). Seperti yang telah dilakukan pada masa sebelumnya, beberapa
upaya pengelolaan yang dilakukan antara lain meningkatkan kesempatan berusaha,
baik secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung yaitu banyaknya
pemberian pekerja kontrakan berupa pekerjaan pemeliharaan gedung dan taman,
pengecetan gedung, pengadaan bahan material bangunan seperti pasir dan
lain-lain. Sedangkan secara tidak langsung merupakan multiplier effect upah
yang diterima pekerja lokal (peredaran uang meningkat di masyarakat).
5. Persepsi Masyarakat
Dampak yang timbul minimal persepsi negatif atau
bahkan konflik terbuka. Persepsi berupa positif ataupun negatif terhadap dampak
yang dirasakan dari parameter kebisingan, kualitas air, limbah padat, sampah
domestik, kesempatan berusaha, dan kesehatan masyarakat. Sebagian besar
masyarakat di Desa Dalam mengeluhkan masalah kebisingan, tingginya angka
penyakit ISPA sedangkan untuk kesempatan berusaha mereka tidak bermasalah.
Untuk masyarakat di Desa Banuayu
mengeluhkan masalah sampah domestik dan kondisi air sumur yang asam, sedangkan
untuk limbah padat mereka tidak bermasalah dikarenakan pengelolaan limbah padat
di PT TeL cukup baik dengan adanya landfill.Hal
ini dapat diketahui dari hasil FGD dengan informan sebagai berikut,
…..Masalah kami warga Desa Dalam ni yo paling cuma
bising dek, kalu untuk penyakit ISPA yang paling sering yo itu tadi karena
letak desa kami parak pabrik….(DS).
……Samo be dek
aku ni la lamo tinggal di desa ni sejak Tel berdiri, masalahnyo dag jauh- jauh
dari bising ntu la untuk kesempatan kami begawe di pabrik menurut aku sudah
baik…. (SK).
…..Kalu kami warga Desa Banuayu dek paling yang
menjadi masalah bau pabrik, rasa sumur kami yang asam, kalu untuk limbah padat
dag pula teraso kerna PT Tel ni punyo landfill yang cukup besak….(YN).
Berdasarkan observasi yang dilakukan di PT TeL,
sesuai dengan hasil FGD untuk masalah yang dikeluhkan masyarakat bervariasi.
Masyarakat Desa Dalam mengeluhkan kebisingan dan rentanya warga mereka terkena
penyakit ISPA, sedangkan untuk masyarakat Desa Banuayu mengeluhkan kualitas air
dan, sampah domestik yang terkadang tidak diangkut oleh pihak General Affair.
Tabel 5.13 Hasil
observasi menggunakan tabel efektivitas:
Parameter
|
Hasil
|
Keterangan
|
5.
Persepsi Mayarakat
|
-
|
KE
|
|
-
|
|
|
-
|
|
|
√
|
|
|
-
|
|
|
√
|
|
|
-
|
Berdasarkan telaah dokumen Laporan RKL-RPL tahun
2013, sumber dampak dari mobilitas pekerja dan kegiatan-kegiatan.Dampak
bersumber dari kegiatan mobilitas tenaga kerja, pengelolaan air baku, proses
produksi yang menimbulkan kebisingan, pengelolaan limbah cair dan gas. Dampak
yang timbul minimal persepsi negatif atau bahkan konflik terbuka. Jika
pengelolaan kegiatan mobilitas tenaga kerja, pengelolaan air baku, proses produksi
yang menimbulkan kebisingan, pengelolaan limbah cair dan gas menimbulkan dampak
negatif, maka konflik terbuka bisa saja terjadi.Kriteria penilaian persepsi
masyarakat yang berada di sekitar PT TeL menggunakan kriteria yaitu positif dan
negatif. Hasil survey menunjukkan sebanyak 200 responden menunjukkan tingkat
kenyamanan masyarakat terhadap keberadaan PT TeL. Menggunakan lima kriteria
penilaian yang antara lain sangat nyaman, nyaman, biasa saja, tidak nyaman dan
sangat tidak nyaman, Hasilnya sebanyak 53 responden (26,%) menyatakan biasa
saja, 67 responden (34% ) menyatakan tidak nyaman, 54 responden 24% menyatakan
nyaman, 26 responden (13%) menyatakan nyaman dan 1 responden (0,5%) yang
menyatakan sangat nyaman.
Survei
ini melibatkan 200 responden di Palembang dengan meliputi sepuluh desa yang
berada di Ring I, Ring II, dan Ring III PT TeL.
6.Kesehatan
Masyarakat
Dampak yang ditimbulkan adalah terganggunya
kesehatan masyarakat akibat pencemaran air dan emisi gas dan tidak terlayaninya
pelayanan kesehatan masyarakat yang terkena dampak. Terdapatnya hubungan antara
penyakit ISPA dengan kualitas udara yang menyebabkan penderita lebih rentan terpapar virus
tertentu. Klinik terbuka untuk umum tidak hanya karyawan pabrik namun
dibebankan biaya. Masyarakat sering mengeluhkan batuk dan sesak nafas, serta
masih terdapatnya penyakit kulit bagi masyarakat yang menggunakan air Sungai
Lematang untuk beraktivitas sehari-hari.Hal ini dapat diketahui dari hasil FGD
dengan informan sebagai berikut,
……Selama
saya menjadi dokter jaga di klinik ya angka penyakit tertinggi tetap ISPA,
jelas ada hubungannya kualitas udara akibat proses pabrik terhadap kerentanan
seseorang sehingga dia terpapar virus tertentu, tidak membatasi umum juga boleh
datang ke sini…. (AR).
…..Kalu
penyakit selamo aku betugas di pustu paling batuk- batuk samo sesak nafas dek,
kalu penyakit kulit ado tapi mereka yang masih gunake air sungai keluhannyo
gatal-gatal. Setahu aku dulu ado wong Tel yang datang ke desa ni tapi itu awal
dari pihak labor katonyo….(SO).
…..Penyakit
kulit sekarang la jarang dek semenjak kami la gunake air keran yang dari Tel,
tapi men desa lain yang gunake air sungai raso aku ado. Selame aku tinggal di
desa ni ade sesekali kalu sekali setaun dag rutin la…. (NI).
…..Biase
be dek penyakit didesa ni paling batuk- batuk berkepanjangan kalu ade
hubungannye dengan pabrik aku kurang tahu menjelaskan, kalu penyakit kulit dulu
kalu sekarang la jarang dek… (DS).
Berdasarkan observasi yang dilakukan terhadap
dokumen dari klinikPT TeL, sesuai dengan hasil FGD di masyarakat diketahui
bahwa angka penyakit ISPA masih menempati posisi pertama, dan diikuti oleh
penyakit kulit. Penyuluhan telah dilakukan oleh Departemen Humas setiap
semester. Fasilitas klinik terbuka untuk umum, tetapi pihak PT TeL belum
mencanangkan program jaminan kesehatan kepada masyarakat.
Tabel 5.14 Hasil observasi menggunakan
tabel efektivitas
Parameter
|
Hasil
|
Keterangan
|
6.Kesehatan
Masyarakat
|
|
CE
|
1.Menurunnya angka penyakit ISPA
|
-
|
|
2. Menurunnya angka penyakit Kulit
|
√
|
|
3. Menurunnya angka penyakit diare
|
√
|
|
4.Sosialisasi/Penyuluhan 2 x per
semester terhadap warga sekitar
|
-
|
|
5.Fasilitas klinik terbuka untuk umum
|
√
|
|
6.Pemberian jaminan kesehatan terhadap
warga yang terkena dampak
|
-
|
Berdasarkan telaah dokumen Laporan RKL-RPL tahun
2013,dampak bersumber dari pembuangan limbah cair serta emisi gas akibat
operasi pabrik pulp PT TeL. Dampak yang ditimbulkan adalah terganggunya
kesehatan masyarakat akibat pencemaran air dan emisi gas dan tidak terlayaninya
pelayanan kesehatan masyarakat yang terkena dampak.Upaya-upaya yang dilakukan
dalam rangka menjaga dan mempertahankan kualitas kesehatan karyawan dan
masyarakat seperti menjaga agar semua limbah yang dihasilkan dari pabrik dan
rumah tangga di town site dikelola
sesuai dengan peraturan yang berlaku dan memenuhi baku mutu lingkungan yang
dipersyaratkan serta memfungsikan poliklinik di lingkungan pabrik : pelayanan
di dalam poliklinik, pelayanan di luar poliklinik apabila poliklinik tidak
mampu dalam hal penangan dan pengobatan dan memberikan rujukan ke rumah sakit.
Penyakit
yang dialami oleh masyarakat sekitar PT TeL berdasarkan hasil kuisioner antara
lain: ISPA (40,58,%), Penyakit Kulit (23,19%), Diare (8,70%), Influenza
(10,14%). Hal ini sedikit mirip bila dibandingkan dengan data dari poliklinik
PT TeL. data poliklinik menyebutkan penyakit ISPA adalah penyakit yang sering
ditemui (41,82%), lalu penyakit lainnya (9,82%), penyakit kulit dan jaringan
sub-kutan (11,5%) yang akan digambarkan dengan tabel 5.9 berikut :
Tabel 5. 15
Angka Penyakit Bulan Maret 2014
No
|
Code
|
Tipe Penyakit
|
Total
|
Persentase
|
1
|
13
|
Penyakit ISPA
|
338
|
41,1
|
2
|
20
|
Penyakit Kulit
|
168
|
20,4
|
4
|
22
|
Penyakit pada
Sistem Otot
|
62
|
7,5
|
5
|
15
|
Penyakit
Rongga Mulut
|
48
|
5,9
|
6
|
0902
|
Penyakit
Kelainan Susunan Syaraf
|
46
|
5,6
|
7
|
12
|
Penyakit
Tekanan Darah Tinggi
|
46
|
5,6
|
8
|
1901
|
Kecelakaan
|
43
|
5,2
|
9
|
24
|
Gastritis
|
42
|
5,1
|
10
|
0102
|
Diare
|
30
|
3,6
|
Sumber
: Data Klinik PT Tel
7.
Konflik
Sosial
Konflik sosial terjadi akibat adanya penerimaaan
pekerjaan pendatang dan pekerjaan asing dan
dampak yang timbul dapat berupa konflik tertutup atau konflik terbuka
apabila penerimaan pekerja tidak
dilakukan dengan transparan dan interaksi antara mereka tidak dikelola atau
direkayasa dengan baik. Menurut karyawan di PT TeL masih terdapat perbedaan
gaji antara pekerja asing dan pekerja lokal. Pendidikan yang sama dan tugas
yang sama tetapi menurut mereka insentifnya berbeda. PT TeL juga memiliki
serikat buruh yaitu KKB. Training dilakukan bagi leader atau ketua shift.Hal
ini dapat diketahui dari hasil FGD dengan informan sebagai berikut,
…… perbedaan tu la jelas ado, cak mano dek tugas
samo, pendidikan jugo tapi la wajib berbeda gaji tu la wajar terjadi walau la
sudah lama begawe…..(AN).
..….Ado dag bisa dipungkiri lagi wong pendatang
lebih diutamakan disini, kami punya serikat
KKB fiungsinyo untuk memperjuangkan hak –hak kami, ado pernah kami para
leader training di Palembang….. (MT).
…..Gaji sesuai grade men grade tinggi gaji tinggi
pulo, raso aku ado tapi di seksi lain kalu di lingkungan dag kate , training
aku dag pernah tahu dek…. (HR).
Berdasarkan observasi yang dilakukan di PT
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper, sesuai dengan hasil FGD di masyarakat
diketahui bahwa timbulnya proses ketidakpuasan dari pekerja lokal menyangkut
insentif yang mereka dapatkan, Pelatihan diberikan hanya kepada ketua grup,
kurangnya komunikasi antara pekerja lokal dan pekerja pendatang, PT Tanjungenim
Lestari Pulp and Paper memfasilitasi terbentuknya serikat buruh yaitu KKB,serta
tidak membedakan penggunaan fasilitas umum antara pekerja lokal dan pekerja
pendatang.
Tabel 5.16Hasil observasi menggunakan
tabel efektivitas :
Parameter
|
Hasil
|
Keteranngan
|
7.Konflik
Sosial
|
|
KE
|
|
-
|
|
|
-
|
|
|
-
|
|
|
√
|
|
|
√
|
|
|
-
|
Berdasarkan telaah dokumen Laporan RKL-RPL tahun
2013, dampak yang ditimbulkan adalah adanya keluhan dan/atau protes ketidak
puasan dari pekerja lokal yang signifikan karena, kurangnya komunikasi sosial
antara pekerja pendatang dengan pekerja lokal perasaan di nomor duakan atau
kecemburuan sosial pada pekerja lokal terkait dengan perlakuan manajemen PT TeL
terhadap pekerja pendatang termasuk diantara pekerja asing; dan pernyataan
ketidaksenangan pekerja lokal terhadap keberadaan pekerja pendatang.
8.Kualitas
Air
Kualitas air dilihat dari : peningkatan kadar BOD,
COD serta pembuangan limbah cair dibawah ambang batas.Menurut karyawan di PT
TeL jika terjadi kelebihan pH di parit hujan disebabkan oleh aliran dari
chemical plant. Kebocoran pada saat cleaning dan juga keadaan pipa yang mulai
korosif menjadi salah satu penyebab peningkatan pH di parit hujan. Laporan abnormality akan diberikan jika seksi
yang bersangkutan melakukan kecorobohan. Jika sudah mengalir ke parit hujan
maka bagian yang bertugas harus menutup parit dengan pasir sehingga tidak
mengalir ke pemukiman masyarakat. Kondisi cuaca yang buruk juga menyebabkan
kenaikan pH akibat mengalirnya kapur di area recaustizing ke parit hujan.Hal ini dapat diketahui dari hasil FGD
dengan informan sebagai berikut,
……baru-baru
ini ado terjadi itu dari chemical plant tapi langsung ditanggulangi dari pihak
kami….. (MT).
…….kenaikan
pH terjadi biasonyo kerna ado kebocoran ataupun pipa yang korosif, la terjadi
dikasi pasir supaya dio dag nyebar ke masyarakat…. (SW).
……banyak penyebabnyo dek salah satunyo kerna pas
hujan jadi kapur yang di daerah recaust mengalir ke sewer…… (AN).
Berdasarkan hasil FGD dengan masyarakat yang tinggal
di sekitar pabrik. yaitu Desa Banuayu dan Desa Dalam didapatkan hasil bahwa warga sekitar tidak
menggunakan air Sungai Lematang mereka telah diberi air umum dariPT TeL. Warga
yang menggunakan air sungai rentan terkena penyakit kulit. Untuk menjaga
kondisi air sungai tetap stabil pihak PT TeL mengeluarkan limbah cair pada saat
air pasang. Warga masih menangkap ikan di sekitar sungai, bahkan di area
holding pond (kolam sementara) walau pihak perusahaan telah mengingatkan.Hal
ini dapat diketahui dari hasil FGD dengan informan sebagai berikut,
……kami
dag pakai banyu sungai lagi dek, kerna ado warga yang gunake banyu sungai nahh
mereka gatal- gatal mandike banyu itu, sekarang dibangun air umum dari
perusahaan (DS).
……air
sungai maupun sumur dag kami gunake lagi
kerna kondisi sumur kami asam dan keruh jadi kami pakai air dari Tel tu
lah (RN).
…..memang
kami la jarang pakai air sungai kerna kami la tahu semua sisa pabrik dibuang ke
sungai itu, tapi masih ade la yang nangkap ikan bahkan di kolam yang di Tel tu
banyak warga yang kesano nyari ikan dan dimakan dag jadi masalah padahal dari
pihak Tel la ngingatke dampaknyo itu dag dirasake dalam waktu dekat (YN).
Berdasarkan observasi yang dilakukan diPT TeL,
sesuai dengan hasil FGD di masyarakat dan juga karyawan diketahui bahwa. pembuangan
limbah cair ke sungai dibawah ambang batas, pembuangan dilakukan pada saat air
pasang. Pihak PT TeL melakukan penyuluhan kepada masyarakat setiap enam bulan
sekali.
Tabel 5.17Hasil observasi menggunakan
tabel efektivitas :
8.
Kualitas Air
|
|
KE
|
|
-
|
|
|
√
|
|
|
-
|
|
|
-
|
|
|
|
|
|
√
|
Berdasarkan telaah dokumen Laporan RKL-RPL tahun
2013, Pengaliran air limbah cair produksi PT.Tel dan limbah domestik ke Sungai
Lematang dengan debit rata-rata 80.000 m3/hari atau 0.925 m3/detik
. Dampak yang ditimbulkan yaitu : peningkatan kadar BOD, COD, AOX dan TSS.
Pengelolaan limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi pulp PT TeL,
dilakukan dengan dua pendekatan yaitu; (1) terintegrasi dalam proses
produksi,dan (2) di luar proses produksi.Pengelolaan limbah cair dilakukan
secara terintegrasi sebagai berikut: Dry
debarking yang tidak menghasilkan limbah cair, pemanfaatan uap panas hasil
pembakaran untuk pemanasan air, oxygen
delignification untuk mengurangi pemakaian konsumsi bahan kimia pada proses
pengelantangan, pencucian yang berlawanan arah dengan aliran bubur kertas guna
mengurangi penggunaan air (brown stock
washing), mendaur ulang lindi hitam dan bubur kertas yang rusak, serta air
pendingin panas peluruhan dengan O2 mengurangi pemakain bahan kimia
pada proses pengelantangan, pemakaian 100% CIO2 (ECF), bahan-bahan
kimia bekas (CaO, weak white liquor)
didaur ulang untuk dimanfaatkan kembali, pemanfaatan white water hasil pengeringan bubur kertas untuk penggelentangan
dan, pemakaian kembali air pendingin bekas (panas) dengan didinginkan kembali
di cooling tower. UPL mempunyai
kapasitas maksimum 100.000 m3/hari
termasuk safety faktor 15%. Kontruksi UPL yang terdiri dari 1 unit primary clarifer, 1 unit neutralization basin , 1 unit aqualization basin, 4 unit cooling tower, 1 unit aeration basin, 2 unit secondary clarifier, 2 unit filter press, 1 unit emergency basin, 1 unit kolam
penampungan dapat dilihat pada proses akhir UPL, limbah cair yang akan dibuang
ke Sungai Lematang diambil contohnya untuk dilakukan pengukuran terhadap
parameter sebagai berikut: BOD, tiga kali per minggu, COD, setiap 8 jam
perhari, TSS setiap 8 jam per hari. Sebelum dibuang ke badan Sungai Lematang,
setelah melalui UPL, limbah cair dialirkan melalui pharshall C, kemudian ke
kolam penampungan, dan dilanjutkan ke Pharshall D. Dari pharshall D limbah cair
dialirkan melalui bangunan penghilang busa (foam chamber). Dari bangunan
penghilang busa tersebut limbah cair dialirkan melalui pipa besi ke Sungai
Lematang. Ujung pipa diletakkan didasar sungai
pada jarak 1/3 dari lebar sungai. Bangunan penghilang busa adalah suatu
bangunan yang di desain untuk mengurangi busa yang ditimbulkan oleh bangunan
cair olahan sebelum masuk ke Sungai Lematang. Berikut sumber limbah cair di PT
Tel :
Tabel
5.18 Sumber Limbah Cair dalam UPL pada Kegiatan Operasi Pembuatan Bubur Kertas
PT. TeL
Unit
|
Konsentarsi (m3/jam)
|
Jenis limbah
|
Sifat Limbah
|
Pengelolaan
|
Wood
handing
|
68,0
|
Air sisa
|
TSS
|
UPL
|
Water
treatment
|
27,2
|
Air sisa
|
TSS
|
UPL
|
Cooking
|
1.000,4
|
Air sisa
|
COD
|
UPL
|
Weshing
screening dan blaching
|
687,2
|
Alkalin dan asam
|
BOD
|
UPL
|
Pulp
drying dan finishing
|
67,2
|
White
water
|
BOD, COD, TSS warna putih
|
UPL
|
Chemical
Preparation
|
26,2
|
Air asam
|
Ph
|
UPL
|
Unit
|
Konsentarsi (m3/jam)
|
Jenis limbah
|
Sifat Limbah
|
Pengelolaan
|
Recausticizing
|
173,1
|
Air sisa
|
TSS
|
UPL
|
Lime
burning
|
26,0
|
Air sisa
|
TSS
|
UPL
|
Recovery
boiler
|
502,5
|
Air sisa
|
TSS
|
UPL
|
Evaporator
dan NCG
|
28,2
|
Air asam
|
COD, TSS
|
UPL
|
Sumber
: Klockner ,1998 ( dalam laporan AMDAL 1999)
Tabel 5.19 Baku Mutu Limbah Cair
Industri Pulp
Parameter
|
Konsentrasi
Maksimum (mg/L)
|
Beban
pencemaran maksimum (kg/ton)
|
BODs (BM1)
BODs (BM2)
|
100
100
|
8,5
8,5
|
COD (BM1)
COD (BM2)
|
350
350
|
29,75
29,75
|
TSS (BM1)
TSS (BM2)
|
100
100
|
8,5
8,5
|
Ph
|
6,0-9,0
|
-
|
Volume buangan air limbah per ton
produk
|
-
|
85 m3/ADt
|
AOX
|
31,25
|
1,5 Kg/ADt
|
41,25
|
2,0 kg/ADt
|
BM1
: Baku mutu Limbah Cair Industri Kep-51/
MENLH/10/1995 lampiran 8.V.
BM2
: Baku Mutu air Sungai dan Limbah Cair
di Provinsi Sumsel peraturan Gubernur No. 08 Tahun 2012
9. Limbah Padat
Limbah padat dari operasi pabrik pulp berasal dari
berbagai sumber sepertibark,sludge cake,dregs, grits,ash dan sand
untuk menangani hal tersebut PT TeL membangun landfill, hingga sekarang ini perusahaan telah memiliki lima landfill untuk menghindari keluhan
masyarakat berupa bau dan menurunya kualitas air sungai di setiap landfill
dibangun sumur-sumur pantau. Kebocoran landfill
pernah terjadi namun tidak menimbulkan dampak yang besar sehingga sumur pantau
tidak terkontaminasi.Hal ini dapat diketahui dari hasil FGD dengan informan
sebagai berikut,
……Bermacam-macam limbah padat yang ado di Tel ni dek
ado dregs, grits, pasir, debu semua itu kita tampung di landfill kecuali pasir
di heliped, ya setiap landfill pasti pernah mengalami kebocoran tapi kecil…..
(MR).
…..iyo semua limbah padat di tampung di landfill dek
sampai saat ini di Tel ada lima landfill namun akibatnyo ado keluhan dari warga
yaitu bau dan kondisi air sumur mereka yang asam…. (MT).
…..Adanya landfill untuk menangani limbah padat dan
untuk menangani kebocoran landfill sendiri kami membangun sumur pantau dek….. (AN).
Berdasarkan observasi yang dilakukan di PT
Tanjungenim Lestari Pulp and Paper, sesuai dengan hasil FGD pada karyawan
diketahui bahwa. Sludge atau lumpur
disimpan di tempat penyimpanan selanjutnya dikirim ke landfill. Bekas sisa
kemasan ditampung sementara di gudang pada lokasi pabrik kemudian dijual atau
dikembalikan kepada supplier.
Terdapatnya pemanfaatan kembali limbah padat sebagai sumber energi yaitu kulit
kayu yang dimanfaatkan kembali untuk menghasilkan energy listrik. Landfill
dilengkapi dengan system drainase serta adanya sumur pantau yang dibangun di
setiap landfill.
Tabel 5.20Hasil observasi menggunakan
tabel efektivitas :
Parameter
|
Hasil
|
Keterangan
|
9.
Limbah Padat
|
|
E
|
|
√
|
|
|
-
|
|
|
√
|
|
|
√
|
|
|
√
|
|
|
√
|
Berdasarkan telaah dokumen Laporan RKL-RPL tahun
2013, Sumber limbah padat dari operasi pabrik pulp berasal dari berbagai sumber
seperti yang terlihat pada tabel 5.21 :
Tabel 5.21Sumber limbah Padat dari
Kegiatan Operasi Pembuatan Bubur Kertas PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
Unit
|
Jumlah
limbah Padat (ton/hari)
|
Jenis
Limbah Padat
|
Pengelolaan
|
Wood
handling
|
520,0
|
Bark
|
Power Boiler ( dibakar)
|
Effluent
treatment
|
42,5
|
Sludge
cake
|
Efluent
ditimbun di landfill
|
Brown
stock washing
|
14,4
|
Screen
reject
|
Ditimbun di landfill
|
Chemical
preparation
|
5,2
|
Brine
sludge
|
Landfill
|
Power
boiler
|
33,7
|
Ash
dan
sand
|
Dipisahkan ditempat khusus dan tempat
dipergunakan sebagai media pencampur.
|
Recausticizing
|
18,1
|
DregsdanGrits
|
Landfill
|
Town Site dan Perkantoran
|
5,0
|
LimbahDomestik
|
TPS
|
Sumber : Klockner ,1998 ( dalam laporan AMDAL 1999)
Dampak yang ditimbulkan berupa terjadinya penimbunan
atau akumulasi limbah padat yang mengandung logam berat (Limbah B3). Penimbunan
tersebut akan terjadi jika penanganan landfill
tidak sesuai dengan persyaratan teknis. Tolak ukur pengelolaan adalah adanya
keluhan masyarakat (bau dan kualitas air tanah)
di sekitar lokasi landfill.
Lokasi pengelolaan dimulai dari pemilihan lokasi pengelolaan landfill yang dilakukan dengan
memperhatikan berbagai aspek, antara lain: jarak lokasi pemukiman masyarakat
sekitar pabrik dan town site, jarak dan sumber mata air dan air tanah, jarak
dari jalan raya; dan ketinggian lokasi yang mendaki untuk menghindari banjir.
Fasilitas landfill dibangun dalam
area pabrik. Pemilihan lokasi dalam pabrik dilakukan untuk memudahkan
pengelolaan dan pengontrolan odour level,
serta memudahkan lalu-lintas pengangkut limbah. Selama tahun 2013, berbagai
upaya pengelolaan limbah padat dilakukan yang meliputi antara lain : Melakukan
program 3R ( reduce, re-use and recovery)
dengan memanfaatkan kembali limbah padat yang berasal dari chip preparation yang umumnya terdiri dari kulit kayu (bark)
sebagai sumber energi untuk boiler. Dengan demikian dapat mengurangi volume
limbah padat berupa kulit kayu yang dihasilkan oleh pabrik serta menjadi
alternatif sumber energi.Limbah padat dari waste water treatment plant, dan recovery unit dikelola secara khusus
dengan landfill system. Sebelum dibuang kelandfill,
limbah padat dikelola terlebih dahulu, antara lain menjadi proses dewatering
untuk menurunkan kadar air dalam proses pemadatan (comaction) serta membangun landfill
kategori III dengan pemenuhan terhadap seluruh persyaratan yang tertuang dalam
keputusan Kepada Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor :
KEP-04/BAPEDAL/09/1995 tentang tata cara Persyaratan Penimbunan Hasil
Pengelolaan. Persyaratan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.Pembuatan sumur pemantau, dua
sumur teletak pada jarak sekitar 20 m dari landfill
(jarak antara kedua sumur pantau tersebut sekitas 50 m sejajar dengan
pinggiran landfill) kearah barat laut
(down streamdown) sedangkan satu
sumur lainnya terletak di bagian tenggara pada jarak 20 m dari landfill (up stream).
5.3.5
Peran
RKL- RPL dalam Kelestarian Hutan
Kelestarian hutan merupakan hal yang dipantau dalam
RKL-RPL, karena menyangkut keanekaragaman hayati, potensi konflik sosial dan
juga berpengaruh terhadap proses produksi. Untuk memantau hutan sekitar PT TeL memiliki
metode yaitu PUP (Petak Ukur Permanen).PT TeL memiliki areal buffer zone seluas
525 ha. Pada saat ini PT TeL mengambil kayu dari Kalimantan dan Banyuasin
karena hutan tanam industri yang dimiliki oleh Musi Hutan Persada dapat
dimanfaatkan kembali pada tahun 2017, dan kayu yang digunakan yaitu eucalyptus.Hal
ini dapat diketahui dari hasil wawancara
dengan informan sebagai berikut,
……Ya jelas ada hubunganya karena menurut
undang-undang semua pengusahaan dan pemanfaatan hutan harus diatur oleh amdal, hutan
juga mempengaruhi beberapa komponen seperti keanekaragaman hayati, konflik
dengan penduduk sekitar, dan juga berpengaruh tentunya dengan proses produksi
yang ada di pabrik…. (SS).
……Kondisi hutan tetap kita jaga dengan membuat
buffer zone seluas 525 ha dan untuk memantaunya kita menggunakan metode PUPdan
hal tersebut acuanya berdasarkan dokumen pengelolaan lingkungan…. (SN).
…..Sepengetahuan aku saat ini HTI kita lagi off kita
baru bisa ngambil lagi 2017 kagek, yo kita sekarang pakai eucalyptus lebih
tahan dari accasia mangiu…. (JD).
……Yo memang sejak awal kita makai accasia mangium,
tapi hutan produksi dag pacak diambil gek 2017 baru beroperasi lagi. Memang
eucalyptus ini keras tapi dia lebih bagus sebenarnyo dari accasia mangium….
(MT).
…..HTI kita mulai berkurang dek, yo bukan kerna kito
tapi yo kerna masyarakat sekitar ni jugo ado yang ngaku-ngaku itu kebunnyo.
Bahkan ado yang nebas pohon di areal buffer zone untuk ditanami tanaman karet….
(SW)
Berdasarkan telaah dokumen Laporan RKL-RPL tahun
2013, telah dilakukan pengelolaan terhadap hutan sekitar, dampak yang
ditimbulkan akibat proses operasi pabrik berupa hilangnya habitat fauna darat/
satwa liar seluas 725 ha akibat penebangan kebun karet dan belukar pada tahap
kontruksi, mencakup keperluan untuk area pabrik (225 ha), penimbunan bahan baku
(50 ha), instlasi limbah (225 ha), infrastruktur (100 ha), dan pembangunan towm
site (125 ha). Hilangnya kebun karet / belukar diperkirakan mencapai 60% dari
seluruh tipe vegetasi tersebut di tapak pabrik. Pembangunan fasilitas-fasilitas
pabrik akan mengubah kebun karet/belukar menjadi “pemukiman”. Dengan hilangnya
vegetasi karet/belukar maka akan menyebabkan terganggunya fauna yang ada,
sehingga akan menurunkan keanekaragaman spesies, kelimpahan masing-masing
spesies dan perubahan komposisi spesies. Sebagai tolak ukur adalah
terpeliharanya area hijau/buffer zone
dan area konsevasi seluas 525 ha, sedangkan untuk fauna adalah perbandingan
kesamaan fauna darat/satwa liar yang ada pada periode ini dengan upaya yang
dilakukan untuk pengelolaan flora dan fauna seperti melanjutkan kegiatan
pengelolaan lingkungan dalam hal flora darat dengan meneruskan kegiatan pada
periode sebelumnya, termasuk memantau vegetasi di lima petak contoh permanen.
Selain itu menunjang kegiatan pengelolaan fauna, pengendalian terhadap pencemaran
udara serta kebisingan dan mempertahankan keaslian areal buffer zone areal konservasi 525 ha dan melakukan perbaikan habitat
di wilayah tersebut ( penanaman) serta membuat dan memasang papan larangan
berburu satwa liar didekat area kolam
penampungan dan guest house.