Minggu, 28 Agustus 2016

PT.TEL



5.1. Gambaran Umum PT. Tanjung Enim Lestari Pulp and Paper
PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper (PT TeL) secara resmi didirikan pada tanggal 18 Juni 1990 dan memulai kegiatan pembangunan pabrik sejak pertengahan 1997, yang berlokasi di desa Banuayu, Kecamatan Rambang  Dangku, Kabuapaten  Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan yang menempati areal seluas 1.250 ha.      PT TeL adalah Perusahaan Modal Asing (PMA) yang sahamnya dimiliki oleh JIPIC, Sumatera Pulp Corporation, dan Marubeni Corporation.Pembangunan proyek ini dibiayai oleh suatu Consortium Bank Internasional.
Proyek pembangunan dimulai pada pertengahan tahun 1997 dan penyelesaian pemasangan peralatan pada akhir tahun 1999 secara Turn-KeyProject. Sandwell Incdari Kanada dipilih sebagai konsultan teknis proyek dan Tessag-INA dari Jerman yang sebelumnya bernama Klockner dipilih sebagai kontraktor pelaksana. Mereka bersama-sama membangun pabrik Pulp yang di desain menggunakan teknologi mutakhir dan memenuhi standar lingkungan nasional dan Internasional.
Bahan baku yang digunakan adalah AcaciaMangiumyang berasal dari Hutan Tanaman Indonesia (HTI). PT. Musi Hutan Persada yang mempunyai Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri seluas 296.400 ha di Provinsi Sumatera Selatan. Pabrik mempunyai kapasitas produksi pulp sebesar 1430 ton /hari atau 450.000ton /tahun. Saat ini karyawan PT TeL berjumlah 1015 orang yang sebagian
besar (80%) adalah penduduk Sumatera Selatan. Sebagai pabrik Pulp yang pertama di Sumatera Selatan PT TeL merupakan pabrik pulp yang menggunakan teknologi ramah lingkungan serta merupakan pabrik pulp pertama di Indonesia yang menggunakan bahan baku kayu Acacia Mangium 100% dari HTI.Pada  bulan Desember 1999, pabrik ini mulai berproduksi dan pengapalan produk perdana sebesar 72000 ADT melalui pelabuhan Tarahan pada tanggal 7  Februari 2000.
5.1.2 Lokasi Kegiatan
Berdasarkan administrasi pemerintahan areal kawasan industri Pulp PT Tel seluas 1250 ha berada di sebagian wilayah Desa Dusun Dalam, Muara Niru, Gerianam, Banuayu dan Tebat Agung diwilayah Kecamatan Rambang Dangku, Keacamatan  Gunung Megang, Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. Luas area berdasarkan penggunaan lahan baik untuk pabrik, unit pengolahan limbah, town site dan infrastruktur penunjang lainnya.
5.1.3        Prinsip Perusahaan
1.      Mematuhisetiapundang-undangdanperaturanInternasional danlokal.
2.      Melakukan kegiatan perusahaan secara transparan dan untuk memperoleh kepercayaan dari masyarakat internasional dan lokal.
3.      Menghasilkan pulp yang aman dengan kualitas terbaik dengan bahan baku kayu yang 100% berasal dari Hutan Tanaman Industri dengan menggunakan praktek-praktek pengelolaan hutan yang ramah lingkungan.
4.      Membina dan mengandalkan kepercayaan bersama antara manajemen dan karyawan sebagai landasan.
5.      Menciptakan masa depan yang lebih baik bagi bagi karyawan dan keluarganya yang juga memberikan kontribusi pembangunan sosial pada masyarakat sekitar perusahaan.
6.      Memperkuat nilai-nilai Perusahaan melalui peningkatan kompetensi dan kemampuan teknis karyawan.
5.1.4    Proses Produksi Pulp di PT Tel
1. Penyiapan Bahan Baku
         Tahapan ini meliputi pemilihan bahan baku, penyimpanan kayu (log)di log yard, pembuatan chip, penyimpanan chip, dan penyaringan chip(chip screening). BahanbakuyangdigunakanolehPT TeLberasaldariAccasia Mangiumyangakanmengalamibeberapatahapanprosesyangkemudianmenjadipulp.Bahanbakutersebutdiperolehdari HutanTanamanIndustri(HTI), PT.Musi Hutan Persada (MHP), Tujuan dari proses adalah untuk menyiapkan kayu yang baik dan memenuhi kriteria yang diinginkan sebagai bahan baku untuk proses pemasakan di Unit Digester.Sedangkan limbah yang dihasilkan dari penyiapan bahan bak berupa limbah padat(10% bark+3% fines) akan digunakan sebagai bahanbakar di power boiler.
2.  Penyimpanan Kayu
         Setelah mengalami proses pengeringan secara alami selama 28 hari di wood yard, kayu yang masih berupa log tersebut kemudian dibawa oleh truk menuju gentle feed, disini kayu yang masih berupa log akan dicuci dengan air untuk menghilangkan pengotor seperti tanah pasir sampah dan lain-lain.Log dikirim  ke drum barker kemudian log akan keluar dari drum barker jatuh keconveyor. PT TeL memiliki tiga line untuk dapat melakukan pengulitan kayu, yang pertama jenis drum yang digunakan adalah drum barker dan yang kedua dan ketiga adalah rotary barker. Pada rotary barkeryang masuk ke drum akan terkelupas kulitnya karena didalam drum tersebut terdapat gerigi yang akan mengelupas kulit kayu.
.        Dari tempat pengulitan kulit kayu dibersihkan setelah dicuci log akan dibentuk menjadi chip dengan alat chipper. Ukurannya beragam dengan panjang 2 cm, lebar 3 cm, dan tebal 0,8 cm. Log yang dibentuk  akan disimpan di chipyard dengan tujuan menghilangkan senyawa organik yang mudah menguap pada proses pemasakan dan pemutihan. Untuk memudahkan membuat tumpukan chip digunakan alat yang dinamakan screw conveyor.Proses pengambilan chip dengan menggunakan screw conveyor menerapkan system FIFO (first in first out) dimana chip yang lebih dahulu diproduksikan berada dibagian bawah tumpukan dan akan dimasak lebih dahulu pula.
         Untuk menyeragamkan ukuran chip digunakan alat chip screen. Ukuran chip yang umum sebagai berikut : 1% over size: 1% over thick : 5% accept: 85% pin:7,5%, dan fines/saw :0,5%.Dari hasil saringan tersebut yang lolos langsung dikirim ketahapan selanjutnya sedangkan yang tidak lolos kembali  ke chipper untuk dipotong sesuai ukuran bark dan sawdust dikirim ke power boiler sebagai bahanbakar.
3. Proses Pemasakan Digesting
Proses ini melibatkan beberapa kegiatan diantaranya : chip feeding, dan digesting.

3.1 Chip Feeding
         Setelah chip tersebut melewati saringan dan didapatkan ukuran accept size, kemudian dilakukan beberapa tahapan proses sebelum dilakukan pemasakan, proses tersebut mulai dari pemasukan chip ke dalam chip bin melalui air lock feeder.Fungsidariair lock feederuntukmembatasiudarayangmasukkedalamchip binsehinggasecaratidaklangsungkandunganudaraakanberkurangkemudiandidalamchip binjugadiberikansteamyangberasaldariflashtank 2melaluiinternalheaderkemudiannozzleyangmenyebardisisibagianchip bin.
         Chip meninggalkan chipmeter masuk ke LPfeeder. Dari LPfeeder chip diumpankan ke steaming vessel dimana fungsi utama dari alat ini untuk memisahkan gas dan udara didalam chip dengan menggunakan media steam dari flashtank.Fungsi lainya adalah untuk menjaga keseimbangan tekanan pada sistem pengisian chip (chipfeedingsystem).Chipchute adalah tabung tegak yang bertekanan fungsinya adalah untuk meredam chip bersama dengan white liquor (lindih putih). Lindih putih merendam chip di chipchute disirkulasikan dari HP feeder menuju sand separator yang berfungsi memisahkan kandungan pasir dari chip dengan melewatkan cairan tersebut pada In Line drainer dan untuk mencegah kelebihan lindi putih disediakan leveltank.
3.2 .Pemasakan (Digesting)
         Dari HP feeder chip diumpankan ke top separator yang terdapat dibagian atas digester. Digester memiliki 4 zona yang mempunyai fungsi masing-masing diantaranya cooking, lower cooking zone, extraction zone dan washing zone.Lama penetrasi sekitar 30 menit menyebabkan reaksi eksotermis sehingga menaikkan suhu 1190C sebelum impregnasi dan 1270 C akhir tahapan impregnasi. Pada akhir impregnasi solid turun dan mengalir melalui pusat tabung melewati chip column menuju upper cooking.
         Pada daerah pemasakan berlawanan arah setelah saringan upper cooking chip masuk kedaerah pemasakan lower cooking.Lindih putih dan cold blow ditambahkan kebagian pemasukan pompa lower cooking dan masuk kesirkulasi cairan cooking. Lindi putih dipanaskan dilower cooking heater sampai lebih kurang 1620C dan dikembalikan ketengah digester diatas saringan sirkulasi lower melaui pipa sentral pulp dimasak mencapai Kappa number.Kappa number adalah banyaknya kandungan lignin yang terkandung didalam pulp.
Setelah memasuki zone pemasakan maka chip akan memasuki zone ekstraksi. Tujuan dari zone ekstraksi adalah mengeluarkan bahan pemasak yang kandungan residual alkalinya sudah rendah yang bisa mengakibatkan bilangan kappa number yang tinggi dan jumlah Shieves yang tinggi pada akhir pemasakan. Aliran ekstraksi masuk ke flash tank 1. Flash steam yang dihasilkan digunakan untuk memanaskan chip di steaming vessel dan sisanya masuk ke chipbin. Jumlah flash steam yang dihasilkan tergantung dari jumlah aliran cairan dan temperature cairan ekstraksi. Dari flash tank 1 cairan dialirkan ke flash tank 2. Steam dari flash tank 2 dialirkan masuk ke chip bin dan sisanya masuk ke flash steam condenser. Dari ekstraction zone chip turun masuk ke daerah pencucian yang disebut dengan  Hi-heat washing. Pada bagian ini juga di lakukan penambahan lindi putih. Disini terjadi pencucian secara counter current.
Pada daerah H-heta washing, dilution factor (faktor pencuci) merupakan perbedaan antara aliran cairan pencuci yang naik dan aliran cairan bersama chip yang turun. Cairan pencuci yang naik berpariasi dengan pengaturan aliran cairan ekstraksi. Factor pencuci yang normal adalah 0,5-1,0 ton dari cairan pencuci per ADT chip pada daerah pencucian. Terlalu rendah faktor pencucian akan mengakibatkan laju chip turun terlambat. Efisiensi pencucian akan naik dengan menaikkan temperature. Pada liquor untuk mempertahankan residu alkali. Di daearah washing sirkulasi terdapat satu baris  saringan, aliran cairan melalui plat saringan menuju kedua pipa utama dibagian luar. Setiap saringan dihubungkan terhadap salah satu kedua pipa utama tersebut.
Cairan pencuci yang berasal dari tangki filtrate pressure diffuser yang dipompakan kebagian bawah digester. Tujuan dari penambahan cairan ini untuk mendinginkan pulp sebelum dikeluarkan sebelum dikeluarkan atau (blowing).Juga berfungsi untuk menjaga tekanan bawah gester. Cairan pencuci akan menggantikan cairan pemasak dan juga sebagai pengencer untuk menurunkan konsentrasi chip sebelum keluar sampai 10% chip yang telah dilakukan pemasakan selanjutnya disebut pulp, pulp yang telah dimasak dikeluarkan melalui outlet device dan blow line akan mengakibatkan pulp yang telah masak menjadi serat.
Setelah pemasakan, pulp dikeluarkan dan dikirim ke pressure diffuser untuk dilakukan pencucian yang tujuannya dilakukan untuk memisahkan  pulp dari cairan hasil pemasakan pada pencucian air pencuci dimasukkan pada sekeliing diffuser  kemudian masuk kedalam pulp lalu naik keatas saringan ekstraksi. Tinggi naiknya saringan ekstraksi adalah 0,76 m dan kecepatan naiknya diatur cepat dari kecepatan pulp.
Pulp dipompakan dari bagian bawah pressure. Didalam pressure diffuser terdapat saringan yang berfungsi untuk menyaring pulp, mula-mula saringan tersebut akan naik perlahan dengan bantuan pompa hidrolik, kemudian dari sisi samping bagian pressure diffuser disemprotkan filtrat yang berupa lindi hitam, kemudian akibat tekanan yang kuat dari filtrate tadi, cairan pemasak yang masih terdapat di pulp akan terdorong keluar kebagian tengah dari pressure diffuser yang selanjutnya akan keluar dari bawah menuju tangki penampung. Sedangkan pulp akan keluar dari bagian atas dengan bantuan  device srapper.
Ketika saringan naik, serat-serat akan banyak menempel pada permukaan saringan dan akan delepaskan dengan dua cara, yaitu dengan turunnya saringan yang cepat (kira-kira 0.9 detik) membantu melepaskan serat-serat dari bentuk saringan yang kerucut, kecepatan turunya berkurang pada daerah ekstraksi yang mengakibatkan cairan ekstraksi keluar melalui lubang saringan dan mengeluarkan serat-serat yang masuk pada lubang saringan.
3.3.  Proses Penyaringan dan Pencucian ( Screening and Washing)
Bubur pulp dari blow tank yang dipompakan  ke pressure knotter dengan tujuan untuk memisahkan mata kayu (knot)  serta serpihan kayu ( chip)  yang tidak masak. Mata kayu dan chip yang tidak masak dapat dibuang atau di kembalikan kebagian digester untuk kembali dimasak.Bubur pulp yang sudah dimasak kemudian dicuci, proses pencucian yang dilakukan untuk menghilangkan kadar soda dan sisa-sisa lignin yang terdapat dalam serat dan juga untuk memisahkan black liquor atau larutan pemasak dari bekas pulp. Selanjutnya pulp yang telah dipisahkan dari black liquor  disaring untuk memisahkan serat.
3.3.1        Delifignikasi oksigen
Oksigen digunakan dalam proses delifignikasi untuk mengurangi kandungan lignin dari pulp yang belum dari proses pemutihan, proses ini akan mengurangi jumlah oksigen yang digunakan dalam proses pemutihan. Setelah melalui proses delinigfikasi, bilangan kappa berkurang.
3.3.2 Pemutihan (bleaching)
Pulp yang dihasilkan dari proses delinigfikasi oksigen akan mengalami proses pemutihan yang bertujuan untuk menghilangkan sisa lignin, warna, kotoran dan bahan-bahan lain yang masi terkandung dalam pulp. Proses pemutihan yang digunakan adalah proses ECF ( Elemental Chlorine Free) 100% CIO.Secara teknis proses pemutihan dilakukan dalam 4 tahapan, yaitu Do, Eo, P, dan D1 D2.
Pada tahapan pertama, pemutihan akan dilakukan pada konsistensi medium untuk memfasilitasi penggunaan 100% CIO2 (tahap DO). Tahap berikutnya adalah tahap ekstraksi denganNaOH (tahap E) yang diperkuat dengan penambahan oksigen (O2) untuk mengurangi penggunaan CIO2  pada tahap-tahap berikutnya. Sebelum tahap akhir  (D1 dan D2), pulp akan diberikan perlakuan peroksida juga akan mengurangi penggunaan CIO2  dalam tahap berikutnya, dengan demikian makin berkurang pula chlorinated producks yang dihasilkan. Pada akhir setia tahap dilakukan penyemprotan dengan air panas yang berlawanan arah dengan aliran pulp  untuk memperoleh pulp dengan tingkat kecerahan yang diharapkan.
3.3.2        Pengeringan dan Pembentukan Lembaran Pulp
Proses yang berlangsung dalam mesin pulp ini merupakan tahap akhir pembuatan pulp. Proses ini mengubah pulp menjari lembaran-lembaran pulp  dengan ukuran yang diinginkan. Pulp akan mengalami tahapan sebagai berikut :
a.       Pembersihan terakhir sebelum pengeringan
b.      Pengeringan akan menghilangkan sisa-sisa air yang masih terdapat pada lembaran pulp dengan cara mengalirkan uap panas pada bagian atas dan bawah lembaran pulp  di Airborne  Type Dryer dari proses ini dihasilkan pulpdengan tingkat kekeringan sekitar  87%-95%.
c.       Pemotongan lembaran pulp yang kering
d.      Pengepakan pulp akhir yang siap di kirim kegudang  penyimpanan produk akhir pulp.Produk akhir yang dihasilkan dari pembuatan pulp ini adalah berupa lembaran-lembaran pulp atau bale, dimana  1 bale = 250 Kg dan 1 unit = 8 bale = 2 ton. Accasia kraft pulp adalah kualitas tertinggi dari bleached hardwood kraft  pulp (LBKP) dan hanya satu-satunya di produksi dari 100% HTI di Indonesia  dengan kapasitas desain sebesar 1.430 ADT/hari atau 450.000 ADT/ tahun. Saat ini sebagian besar produk yang dihasilkan dikirim ke mancanegara dan selebihnya disuplai ke pabrik kertas dalam negeri.


5.1.5   Struktur Organisasi Lingkungan
          Secara struktural satuan kerja lingkungan dibagi menjadi dua satuan kerja lingkungan berdasarkan peran dan fungsinya. Masing-masing adalah Perencanaan Lingkungan di bawah Unit Perencanaan, Pengelolaan Lingkungan di bawah Unit Pengelolaan Lingkungan dan Pemantauan Lingkungan.Masing-masing memiliki peran dan fungsinya yang saling berkaitan antar satuan kerja. Pembagian peran dan fungsi ini bertujuan agar pengelolaan dan pemantauan lingkungan dapat berjalan lebih efektif dan efisien dimulai dari perencanaan sampai pelaksanaan. Sistem manajemen lingkungan di PT TeL mengelola sembilan parameter yaitu kualitas udara, limbah cair, limbah B3, kebisingan dan program kemasyarakatan sampah domestik, potensi konflik sosial dan kesempatan berusaha. Keseluruhan sistem tersebut dikelola dan dipantau dengan berlandaskan pada peraturan pemerintah, Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Perda Muara Enim.
Tabel 5.1.
Peran dan Fungsi Satuan Kerja Lingkungan
Satuan Kerja
Fungsi
Kegiatan
Perencanaan lingkungan
Perencanaan lingkungan
a)        Perencanaan dan pengelolaan
b)        Pelaporan
c)        Penelitian dan pembangunan
d)        Hubungan antara pemerintah daerah dan pemerintahan pusat
e)        Mengestimasi kelayakan
f)         Desain pengawasan air dan perencanaan rehabilitasi
Pengelolaan lingkungan & reklamasi
Pelaksanaan/operasional lingkungan
a)    Persiapan lahan
b)    Pengelolaan revegetasi
c)     Mengefektifkan revegetasi dan kesuburan tanah
d)    Pembangunan , saluran, dll
Sumber: Perencanaan Lingkungan PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper.

5.1.6   Kegiatan Rencana Pengelolaandan Rencana Pemantauan Lingkungan di PT Tanjungenim   Lestari Pulp and Paper.
          Sesuai dengan  Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang mempunyai dampak besar dan penting wajib dilakukan kajian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan hasil akhir AMDAL harus berupa Recana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan. Upaya penanggulangan dampak negatif dan pengembangan dampak positif dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan lingkungan, selanjutnya efektifitas pengelolaan lingkungan ini dievaluasi dengan kegiatan pemantauan lingkungan dengan terlebih dahulu menyusun dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan dilanjutkan dengan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) sehingga hal ini merupakan panduan bagi PT TeL dalam memantau dan mengelola pelaksanaan pembanguna berwawasan lingkungan.
Selain itu dokumen RKL-RPLdi PT Tanjungenim Lestari Pulp dan Paper ini berfungsi juga sebagai pedoman bagi masyarakat sekitar yaitu warga di Desa Dalam, Desa Kuripan Desa Tanjung Menang dan Desa Banuayuuntuk berpartisipasi secara aktif dalam rangka pemantauan lingkungan dan bagi Pemerintah Daerah  Kabupaten Muara Enim. Dokumen RKL-RPL ini memberikan arahan dalam pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan lingkungan oleh PT TeL and Paper. Kegiatan RKL-RPL ini mempunyai banyak kegunaan yang berkaitan dengan pengelolaan hutan terutama di kawasn MHP (Musi Hutan Persada) , baik untuk perusahaan, pemerintah dan masyarakat. Rencana Pengelolaan Lingkungan  harus memuat mengenai upaya untuk menangani dampak dan memantau komponen lingkungan hidup yang terkena dampak , bukan hanya dampak yang disimpulkan sebagai dampak penting dari hasil proses evaluasi holistik dalam ANDAL.Sehingga untuk beberapa dampak yang disimpulkan bukan dampak penting, namun tetap memerlukan dan direncanakan untuk dikelola dan dipantau (dampak lingkungan hidup lainnya), maka tetap perlu disertakan rencana pengelolaan dan pemantauannya dalam RKL-RPL.
         Rencana Pengelolaan Lingkungan di PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper memuat  tentang upaya-upaya pencegahan, pengendalian dan penanggulangan dampak penting lingkungan hidup yang bersifat negatif dan meningkatkan dampak positif yang timbul sebagai akibat dari kegiatan produksi. Dalam pengertian tersebut upaya pengelolaan lingkungan hidup di PT TeL mencakup 3 (tiga) kelompok aktivitas :
a.    Pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk menghindari atau mencegah dampak negatif lingkungan hidup melalui tata letak (tata ruang mikro) lokasi, dan rancang bangun proyek.
b.   Pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk menanggulangi, meminimalisasi atau mengendalikan dampak negatif baik yang timbul disaat usaha dan/atau kegiatan beroperasi, maupun hingga saat usaha dan/atau kegiatan berakhir (misalnya : rehabilitasi lokasi proyek).
c.    Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat memberikan pertimbangan ekonomi lingkungan sebagai dasar untuk memberikan konpensasi atas sumber daya tidak dapat pulih, hilang atau rusak (baik dalam arti sosial ekonomi dan/atau ekologis) sebagai dasar untuk memberikan kompensasi atas sumber daya tidak dapat pulih, hilang atau rusak (baik dalam arti sosial ekonomi dan atau ekologis) sebagai akibat usaha dan/atau kegiatan.
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) di PT TeL memuat tentang upaya pemantauan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, yang ditimbulkan akibat proses produksi di perusahaan.Pemantauan Lingkungan ini  sangat penting diPT TeL  karena pemantauan lingkungan merupakan kegiatan yang berorientasi pada data sistematik, berulang dan terencana.
Penyusunan dokumen serta pelaksanaaan Rencana Pengeloaan Lingkungan dan Pemantauan Lingkungan telah diterapkan diPT TeL. Dokumen tersebut terdiri dari 13 parameter yang terdiri dari kualitas udara, kebisingan, limbah padat atau landfill, sampah domestik, flora fauna darat, kesempatan kerja,potensi konflik sosial,pengelolaan  bekerjasama dengan Pemerintah Daerah, kualitas air permukaan, kesempatan berusaha, potensi konflik sosial kegiatan proses, persepsi masyarakat dan kesehatan masyarakat. Parameter tersebut dikelola dan dipantau tiap dua semester setiap tahunnya.
5.2. Karakteristik Informan
5.2.1. Karakteristik Informan Kunci
Informan kunci dalam penelitian ini berjumlah 3  (tiga) orang, yaitu 1 (satu) orang dari perencanaan lingkungan (           Superintendent lingkungan), 1 (satu) orang dari Pengelola Lingkungan (Supervisor bagian Monitoring dan Landfill), dan 1 (satu) orang dari  Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Supervisor K3).
Adapun karakteristik informan kunci pada penelitian ini akan dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 5.2 Karakteristik Informan Kunci
No.
Jabatan
Inisial
Jenis Kelamin
Pendidikan
Umur (Tahun)
Masa Kerja (Tahun)
1
Superintendent Lingkungan
SS
LK
S-1
44 Tahun
16 Tahun 
2
Supervisor Lingkungan
SN
LK
S-1
Teknik Lingkungan
40 Tahun
14  Tahun

3
Supervisor K3
RD
LK
S-1

45 Tahun
5 Tahun

5.2.2. Karakteristik Informan
Adapun karakteristik informan pada penelitian ini akan dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 5.3.Karakteristik Informan Penelitian dari Karyawan
No.
Jabatan
Inisial
Jenis Kelamin
Pendidikan
Umur (Tahun)
Masa Kerja (Tahun)
1
Operator Monitoring
JD
LK
SLTA
45 Tahun
14 Tahun
2
Clerk
HR
LK
SLTA
35 Tahun
14 Tahun
3
Operator Landfill
PN
LK
SLTA
38 Tahun
14 Tahun
4

Operator Limbah Padat
MR
LK
SLTP
47 Tahun
14 Tahun

5
Leader
SW
LK
S-1
37 Tahun


14 Tahun
6
Leader
MT
LK
S-1
42 Tahun

14 Tahun
7
Operator Monitoring
AN
LK
SLTA
37 Tahun

14 Tahun
8
Clerk
NP
LK
SLTA
35 Tahun
14 Tahun




Tabel 5.4.Karakteristik Informan  Penelitian dari Masyarakat
No
Jabatan
Inisial
Jenis Kelamin
Pendidikan
Umur (Tahun)
1
Kepala Desa Banuayu
AD
LK
SLTA
38 Tahun

2
Warga
RN
WN
SLTP
30 Tahun

3
Kepala Pustu
SO
LK
S-1
33 Tahun

4
Dokter Klinik
AR
LK
S-1
32 Tahun

5
Warga
YN
WN
SLTA
28 Tahun

6
Kepala Desa Dalam
SU
LK
SLTA
47 Tahun

7
Warga
NI
WN
SLTP
29 Tahun

8
Warga
DS
WN
SLTA
30 Tahun

9
Warga
SK
WN
SLTA
34 Tahun

10
Warga
LS
WN
SLTP
50 Tahun


5.3Hasil Penelitian
Penelitian melakukan observasi langsung ke lapangan dengan menggunakan form  checklist,metode focus grup discussion dan juga melakukan wawancara mendalam serta telaah dokumen guna mengetahui bagaimana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang telah dilakukan di PT TeL. Untuk mendapatkan gambaran dan kelengkapan data dengan jelas dan benar, peneliti menggunakan metode wawancara terhadap informan kunci dan metode focus grup discussion terhadap informan untuk mengetahui sumber data yang diperoleh dari hasil wawancara. Untuk melihat standar yang diterapkan perusahaan, peneliti juga melakukan telaah dokumen yang ada di perusahaan tersebut yang berhubungan dengan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup di PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper.
5.3.1. Pelaksanaan RKL-RPL
Penanggulangan dampak negatif dan pengembangan dampak positif dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan lingkungan, selanjutnya efektifitas pengelolaan lingkungan ini dievaluasi dengan kegiatan pemantauan lingkungan dengan terlebih dahulu menyusun dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan dilanjutkan dengan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) sehingga hal ini merupakan panduan bagiPT TeLdalam memantau dan mengelola lingkungan.Dokumen RKL- RPL ini telah diterapkan sebelum perusahaan berdiri.Jika tidak menerapakan dokumen RKL-RPL maka suatu perusahaan tidak dapat menjalankan proses produksi.Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan informankunci sebagai berikut,
.……..RKL-RPL merupakan suatu dokumen yang wajib dimiliki oleh suatu perusahaan dan fungsinya itu untuk memantau segala aktivitas dari proses produksi, seandainya tidak menjalankan peraturan tersebut maka otomatis perusahaan ini tidak dapat berdiri ataupun tidak dapat beroperasi, tetapi jika perusahaan masih tetap berjalan otomatis kewajiban-kewajiban tersebut telah diterapkan…. (SS).
………RKL-RPL ini dokumen amdal ya fungsinya untuk mengelola dampak negatif, ya jadi kalau ditanya peranannya dalam pengelolaan lingkungan jelas memilki kontribusi yang sangat besar untuk mengatsi seluruh dampak negatif dari perusahaan….. (RD)
Latar belakang penyusunan dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan dilanjutkan dengan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) ini sesuai dengan ketentuan pada Sistem Manajemen Lingkungan. Sesuai dengan ketentuan ISO 14001 di dalam Sistem Manajemen Lingkungan terdapat tiga komitmen yaitu comply to regulation (memenuhi peraturan), prevention to pollution(pencegahan terhadap pencemaran), dan continue improvement (perbaikan secara berkesinambungan). Komitmen comply to regulation diwujudkan dengan adanya dokumenRencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta merupakan kewajiban perusahaan dan sebagai acuan untuk pengelolaan sehingga tidak terjadi kerusakan lingkungan.Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan informankunci sebagai berikut,
.……..Ya sesuai dengan  SML dimana kita tahu SML sebuah system yang dibuat oleh lembaga bersertifikat internasional, di dalam SML itu ada tiga komitmen yaitu comply to regulation, prevention to pollution, continue improvement….. (SS).
.……..Latar belakang penyusunannya sendiri karena itu merupakan kewajiban perusahaan dan sebagai acuan untuk mengelola lingkungan supaya tidak rusak….(SN).
Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), diberikan kepada konsultan. Hasil pemantauan dari parameter yang terdapat di dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), diserahkan ke Kementrian Lingkungan Hidup (KLH), sejak adanya otonomi daerah hasil pemantauan tersebut diserahkan ke Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten dan (BLH) provinsi dan diserahkan ke Pusat Studi Lingkungan (PSL).Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan informankunci sebagai berikut,
.……..Penyusunannya sendiri kita limpahkan ke konsultant dan dari Jakarta yang capabilitynya bisa dipertanggungjawabkan, dulu pada awal-awal kita menyerahkan semua hasil ke komisi AMDAL pusat namun setelah keluarnya otonomi daerah kita menyerahkan seluruh hasil ke BLH provinsi dan BLH kabupaten dan satu ke PSL yang ada di Pekanbaru….. (SS).
Laporan RKL-RPL di PT. TeL mempunyai anggaran khusus setiap tahun. Untuk pemantauan tidak termasuk pengelolaan limbah padat, pengelolaan limbah cair dan pengelolaan terhadap pencemaran udara, anggaran yang dibutuhkan sekitar 130.000US$.        Hasil pengelolaan dan pemantauan diserahkan dalam bentuk hard copy maupun soft copy sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah.Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan informankunci sebagai berikut,
.……..Khusus untuk pemantauan saja biaya yang dihabiskan 130.000US$ belum termasuk segala pengelolaan baik itu limbah B3, udara maupun limbah cair dan semua itu ada anggaran khusus setiap tahunya….. (SS).
…….. Biasanya anggaran itu sudah ada  pertahunya untuk pengelolaan dan pemantauan setiap semester untuk jumlah ada pihak yang lebih mengetahui….. (RD)
Hasil Penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), tidak terbuka untuk umum dikarenakan belum terdapat pengaturan yang mengatur hal tersebut.PT TeL tidak menginginkan hadirnya pihak- pihak yang akan mengakses data tersebut untuk kepentingan pribadi.Bentuk perusahaan yang tidak terbuka juga menjadi alasan tersendiri tidak terdapatnya hasil dokumen tersebut di jejaring internet. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan informankunci sebagai berikut,
.……..Hasil kita belum bisa diakses karena belum ada peraturan seperti itu dan semua itu untuk mewaspadai adanya pihak- pihak yang menggunakan data tersebut untuk kepentingan –kepentingan tertentu…… (SS).
…….Perusahaan kita kan milik swasta dan belum berbentuk tbk jadi tidak wajib untuk menginformasikan hasil pengelolaan dan pemantauan yang telah kami lakukan kepada masyarakat….. (SN).
Berdasarkan telaah dokumen pada laporan ISO 14001 kebijakan lingkungan merupakan bagian dari sistem manajemen lingkungan dan disesuaikan dengan sifat ukuran dan dampak dari kegiatan produksi, mencakup komitmen pada perbaikan berkelanjutan dan pencegahan pencemaran, didokumentasikan, diterapkan dan dipelihara, dikomunikasikan kepada semua orang yang bekerja pada atau atas nama organisasi tersedia untuk masyarakat. Mengidentifikasi setiap dokumen yang direvisi dan memastikan agar dokumen yang ditetapkan pihak eksternal sebagai dokumen penting untuk perencanaan dan pengoperasian. Dokumen sebagai acuan untuk mengendalikan situasi yang tidak sesuai dengan kebijakan, tujuan sasaran yang ditetapkan oleh prosedur.
5.3.2. Pengendalian Terhadap Dampak Proses Produksi
PT. TeL memiliki sistem manajemen dalam pengelolaan lingkungan dengan pelaksanaan tugas pada divisi khusus yang menangani masalah lingkungan. Divisi tersebut adalahEnvironment Department. Divisi ini mempunyai tugas dan kewajiban dalam upaya penanggulangan dan pengendalian dampak lingkungan. Pencegahan dampak lingkungan yang ditempuh oleh PT. TeL telah dikelola dengan menggunakan tekonologi reuse, recycle, replace dan reduce.Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan informankunci sebagai berikut,
.……..PT Tel dari awal telah memiliki sistem manajemen lingkungan dan divisi yang bertanggungjawab atas hal itu ialah divisi kita yaitu  environment.Pengendalian seluruh dampak yang ditimbulkan dari proses produksi kami kelola dengan menggunakan teknologi yang canggih seperti reuse,recycle, replace dan reducekeseluruhan system tersebut digunakan untuk mengelola seluruh dampak seperti limbah yang dihasilkan dari chemical plant….. (SS).

Manajemen limbahPT TeL mengacu pada hierarki  waste auditing. Hal tersebut dirancang untuk minimalisasi limbah yang sebesar- besarnya. Sehingga dapat terwujud produksi bersih (cleaning production) dan pembangunan limbah (disposal) dapat dilakukan seminimal mungkin.Adapun dampak yang dihasilkan dari kegiatan tersebut adalah  dampak yang berasal dari limbah cair, limbah padat dan limbah gas.Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan informankunci sebagai berikut,
……..PT TeL sendiri dalam mengelola dampak telah menerapakan waste auditing dimana kita tahu hal tersebut untuk meminimalisasi limbah yang sebesar- besarnya.sehingga produksi bersih dapat diwujudkan dan pembangunan limbah dapat dilakukan seminimal mungkin.Dampak yang dikelola dari proses produksi adalah  dampak yang berasal dari limbah cair, limbah padat dan limbah ga…. (SN).

Dokumen Rencana Pengelolaan dan Rencana Pemantauan Lingkungan yang diterapkan di PT TeL dianggap telah mampu dan dapat dijadikan acuan untuk menanggulangi, meminimisasi, atau mengendalikan dampak negatif baik yang timbul pada saat usaha dan/atau kegiatan yang ada. Jika tidak ada dokumenRencana Pengelolaan dan Rencana Pemantauan LingkunganPT TeL tidak mampuuntuk menanggulangi, meminimisasi, atau mengendalikan dampak negatif yang timbul dari proses produksi. Hal tersebut dapat ditelaah serta dievaluasi dengan perolehan proper hijau  dan  telah diterapkannya sistem manajemen lingkungan oleh pihakPT TeL.Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan informankunci sebagai berikut,
……..Ya pasti karena kalau gak ada RKL-RPL kita gak bisa menanggulangi meminimisasi dan mengendalikan dampak negatif karena kalau gak ada itu kita gak ada acuan tapi dengan adanya RKL kita ada acuan dan ini bisa ditelaah dan dievaluasi dengan  proper hijau yang telah kita dapatkan dan adanya system manajemen lingkungan…… (SS).

Berdasarkan telaah dokumen Laporan RKL-RPLPT. TeL memiliki sistem manajemen dalam pengelolaan lingkungan yang memuat upaya penanggulangan dan pengendalian dampak lingkungan. Pencegahan dampak lingkungan yang ditempuh oleh PT. TeL dilakukan dengan cara penggunaan teknologi dengan pendekatan system yang telah terstandarisasi. Hal ini dapat diketahui dari telaah dokumen yaitu,
Dalam pelaksanaan pengendalian terhadap dampak lingkungan, PT. TeL menerapkan beberapa cara untuk menangani dampak yang ditimbulkan dari proses produksi yaitu sebagai berikut: Reuse, Recycle, Reduce, Replace sedangkan untuk pengendalian lingkungan yang ditempuh adalah : membuang dan mengoperasikan unit pengolahan limbah cair diluar proses produksi secara terus menerus, membangun dan mengendalikan pengoperasian peralatan  pengendalian emisi debu dan gas yang efisiensinya tinggi, mempertahankan dan memelihara areal hijau (buffer zone) seluas 252 Ha disekitas pabrik untuk mengurangi gangguan gas dan kebisingan (noise barrier) kepemukiman terdekat dan mempertahankan habitat bagi fauna daratan serta penyediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan domestik untuk  masyarakat desa sekitar, memprioritaskan penyerapan tenaga lokal untuk tenaga tetap dan tidak tetap, membangun dan membuka fasilitas umum, (poliklinik, sarana olahraga, dan sarana ibadah) yang dapat digunakan masyarakat umum.
Manajemen limbah PT. Tel  mengacu pada hierarkiwaste auditing. Hal tersebut dirancang untuk minimalisasi limbah yang sebesar- besarnya. Sehingga dapat terwujud produksi bersih (cleaning production) di pabrik pulp PT. TeL  karena pembangunan limbah (disposal) dapat dilakukan seminimal mungkin. Dalam pelaksanaan pemantauan lingkungan di PT. TeL, yang dimaksud untuk mewujudkan peningkatan kualitas lingkungan agar dapat dipertahankan sebagai mana fungsinya. Adapun limbah yang dihasilkan dari kegiatan tersebut adalah limbah cair, limbah padat dan limbah gas.Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1990 juga PP No.82 tahun 2001 serta perda Muara Enim No.10 tahun 2001 pemantauan kualitas buangan limbah cair olahan (pH, FLOW , TTS, BOD, COD, dan AOX) secara rutin setiap hari kecuali organohalogen (AOX) setiap minggu.
Untuk pengendalian pencemaran limbah cair, PT TeL telah memiliki instalansi untuk pengolahan air limbah (IPAL) dengan kapasitas maksimum 100.000m3/hari, yang dilengkapi dengan emergency basin dengan volume 40.000 m3  serta holding pond dengan volume 1.000.000 m3. Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) PT.TeL ini disebut juga Effluent treatment yang berasal dari Jerman ( Philipi Muller). Proses pengolahan limbah ini berfungsi untuk mengolah limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik, yang sudah tidak dapat lagi didaur ulang kembali sehingga menjadi limbah yang berada dibawah standar pemerintahyang berlaku Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor.08 Tahun 2012  untuk industri.
Limbah cair yang dihasilkan dari unit-unit pemrosesan dilewatkan ke unit pengolahan (IPAL) sebelum dibuang ke Sungai Lematang. Saluran limbah cair yang masuk ke IPAL dipisahkan menjadi dua saluran yaitu saluran limbah alkali dan asam. Hal tersebut dilakukan agar penggunaan bahan kimia dapat dikurangi secara proses penetralan diunit neutralization basin.
Sedangkan sludge dari primary clarifier ditambah dengan sludge mixing tank dan dikirim ke dewatering. Kemudian sludge di belt filter press hingga menghasilkan sludge cake yang memiliki konsentrasi sekitar 36%. Filtral dari dewatering  dikembalikan ke aeration basin.Sludge cake ini merupakan produk effluent treatment yang kemudian dibuang kedalam landfill.
 PT. TeL juga mengolah limbah domestiknya sendiri yang dihasilkan dari perumahan PT.TeL. Prinsip dari pengolahan limbah domestiknya yaitu pertama dilakukan pemisahan kotoran, dilanjutkan dengan sedimentasi, kemudian dilakukan aerasi secara biologi. Aerasi ini dilakukan untuk menguraikan senyawa-senyawa organik dari limbah domestik tersebut. Tahap terakhir adalah desinfeksi yang bertujuan untuk menghilangkan bakteri-bakteri. PT TeL memilki Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang disebut effluent treatment berasal dari Jerman (Phillpi Muler).Proses pengolahan limbah ini berfungsi untuk mengolah limbah cair yang dihasilkan oleh operasional pabrik, yang sudah tidak dapat di daur ulang kembali, sehingga menjadi limbah terolah yang sudah berada dibawah standar pemerintah yang berlaku Peraturan Gubernur No. 08 tahun 2012 untuk industri. Untuk pengendalian pencemaran udara PT TeL membangun peralatan pengendalian pencemaran udara di masing-masing sumber. Untuk  pengendalian pencemaran udara, PT TeL membangun elestrastatic precipitator di boiler  dan lime kiln untuk menangkap debu hasil pembakaran dicerobong utama sebelum dibuang keudara, sedangkan untuk cerobong proses kimia dibangun scrubber untuk menyerap gas-gas buangan  dengan bantuan cairan kimia penyerap.
          Selain itu untuk mengurangi dampak bau yang dihasilkan pabrik pulp, maka PT TeL membangun NCG treatment yang akan membakar gas-gas yang tidak terkondensasi ( Non- Condensable Gas) digester dan evaporator  di Quench banner. Gas-gas hasil pembakaran akan dilewatkan melalui scrubber untuk menyerap gas-gas tersebut dengan bantuan larutan NaOH dan selanjutnya dapat dibuang ke udara melalui cerobong. Efisiensi dari NCG plant ini adalah 99%  dan diharapkan tidak ada bau lagi dari pabrik. Sedangkan larutan penyerap yang keluar dari scrubber dikirim ke bleaching plant untuk digunakan sebagai absorber.NCG treatment ini merupakan teknologi baru di industri pulp dalam pengembangan perlindungan lingkungan.

5.3.3. Keterlibatan Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan
Keterlibatan masyarakat dalam menyampaikan pendapat dan saran, akan menunjang tercapainya suatu keputusan yang optimal. Diikutsertakannya warga masyarakat Desa sekitar yaitu Desa Dalam, Desa Tanjung Menang, dan Desa Banuayu serta Desa Kuripan akan memperbesar kesediaan masyarakat dalam menerima keputusan dan pada gilirannya akan memperkecil kemungkinan timbulnya sengketa lingkungan. Dalam prosesini masyarakat menyampaikan aspirasi, kebutuhan dan nilai-nilai yang dimilikimasyarakat, serta usulan penyelesaian masalah dari masyarakat yangberkepentingan dengan tujuan memperoleh keputusan yang terbaik. Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang  Pedoman Keterlibatan Masyarakat dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan dokumen pengelolaan lingkungan. Pada awal proses pendirian perusahaan tepatnya dua tahun setelah perusahaan didirikan pihak PT TeL mengadakan sosialisasi kepada warga masyarakat sekitar dan pihak dari laboratorium berdiskusi dengan warga tentang pengelolaan limbah yang telah dilakukan di perusahaan.Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara sebagai berikut,
……Dulu baru-baru dibuatnyo TeL setelah dua tahun setelah resmi jadi dan  beoperasi baru ada dari pihak  TeL yang mensosialisasikan tentang pengelolaan limbah, disitu kami diminta mengeluarkan pendapat tapi itu pada awal saja…. (AD).
Masyarakat telah terlibat dalam proses penyusunan dokumen pengelolaan lingkungan namun pada awal penyusunan saja. Mereka juga beranggapan bahwa hanya kepala desa saja yang ikut campur tangan dalam proses penyusunan tersebut sedangkan mereka yang dari kalangan biasa merasa tidak pernah dilibatkan.Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara  dengan informan sebagai berikut,
……..Pernah ado memang kami dipanggil  tapi hanya kepala desa kami be itu ntu sekitar tahun 98-an…(DS).
…….Raso aku pernah tapi kepala dusun be setau aku yang melok ntu kami dari rakyat biase ni dag ikut campur tangan la kami hanya merasakan dampaknyo be …(SK).
Keterlibatan Masyarakat dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup dan dokumen pengelolaan lingkungan yaitu Recana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan telah diterapkan di PT TeLnamun masyarakat yang terlibat adalah kepala Desa Dalam, Desa Tanjung Menang, Desa Kuripan dan Desa Banuayu. Masyarakat tersebut  ikut berpartisipasi pada awal pembuatan yaitu pada tahun 1998 dan setiap semester pihak perusahaan mengadakan survey dimasyarakat untuk mengetahui apakah masyarakat merasakan dampak positif ataupun negatif terhadap proses operasi pabrik. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan informan sebagai berikut,
……Kalau awalnyo berdiri kami kepala desa baik itu dari Desa Dalam, Desa Tanjung Menang, Desa Kuripan dan Desa Banuayu ade dipanggil dari Pihak TeL disitu dibicarakan tentang dampak-dampak yang akan terjadi dari proses pabrik ini dan itu sekitar tahun 1998 sekali itu saja, Kalau tiap tahunnya idag pernah diunjuk tahu lagi namun tiap enam bulan sekali ade pihak yang mendate apakah kami merasekan dampak positif atau negatif baik itu dari kebisinganye, dari kualitsas air Sungai Lematangnye….. (SU).
Berdasarkan telaah dokumen Laporan RKL-RPL tahun 2013 masyarakat memang telah dilibatkan dalam proses penyusunan dokumen pengelolaan dan pemantauan dengan diadakan survey ke masyarakat tiap semester sejak tahun 2000 sampai saat ini. Survey tersebut bertujuan unuk mendata aspirasi masyarakat baik positif ataupun negatif.Hal ini dapat diketahui dari telaah dokumen yaitu,
Persepsi masyarakat merupakan salah satu dari parameter yang dikelola dan dipantau oleh PT TeL dimana dampak bersumber dari kegiatan mobilitas tenaga kerja, pengelolaan air baku, proses produksi, pengelolaan limbah cair dan gas. Dampak yang timbul minimal persepsi negatif atau bahkan konflik terbuka. Pengelolaan di lakukan di Kecamatan Gunung Megang terutama  Desa Dalam dan Kecamatan Rambang Dangku terutama Desa Banuayu, Desa Kuripan , dan Desa Menang.Survei ini melibatkan 200 responden dengan meliputi sepuluh desa yang berada di Ring I, Ring II, dan Ring III PT TeL.(RKL-RPL, 2013).
5.3.4. Efektivitas Parameter RKL-RPL
Penyusunan dokumen serta pelaksanaaan Rencana Pengeloaan Lingkungan dan Pemantauan Lingkungan telah diterapkan diPT TeL.Dokumen tersebut terdiri dari 9 parameter yang terdiri dari kualitas udara,kebisingan,limbah padat atau landfill,sampah domestik,potensi konflik sosial,kualitas air permukaan,kesempatan berusaha,persepsi masyarakat dan kesehatan masyarakat.Parameter tersebut dikelola dan dipantau tiap dua semester setiap tahunnya.

1.               Kualitas Udara
Kualitas udara  merupakan tahap awal untuk memahami dampak negatif cemaran udara terhadap lingkungan. Kualitas udara dipantau oleh pihak konsultan. Berdasarkan hasil FGD dengan karyawan di PT TeL didapatkan kesimpulan bahwa dari segi kepatuhan karyawan telah menggunakan masker, tetapi jika ada yang tidak menggunakan dikarenakan mereka merasa tidak nyaman. Pihak konsultan menguji kualitas udara setiap enam bulan sekali. Adanya bau yang berkepanjangan disebabkan oleh cuaca sehingga bau tersebut tidak naik ke atas permukaan tetapi terendap. Hal itu yang menyebabkan bau yang menyebar hingga ke desa-desa sekitar pabrik.Hal ini dapat diketahui dari hasil FGD dengan informan sebagai berikut,
…….Karyawan disini sudah pakai masker galo tapi wajar men ado yang dag pakai masker kerna mereka merasa dag nyaman, untuk yang nguji ada pihak konsultant dari Bogor untuk mengawasi kualitas udara di PT Tel ini, oo kalu bau itu biasonyo kerna cuaca jadi dio ngendap yo ditunggu be sampai terang gek naik keatas lagi (JD).
……Yo diunjuk per seksi kami ni masker, kalu soal pakai memakai tergantung masing-masing. Setau aku ado orang dari Kemen LH yang ngcecek kualitas udara ni, bau itu karena cuaca dan mungkin lagi ado system yang tidak berfungsi tapi biasonyo dag lamo idag (SW).
…..Sepenglihatanku diunjuk masker gale kami ni, apelagi men kami kerja di daerah rawan debu cag di recaust, ade dari Bogor yang ngawasi kualitas udara di Tel ini, dan itu aku sendiri yang bawa hasilnye ke Palembang setiap enam bulan, kalu bau itu biase kan dag sampai sakit (HR).
Berdasarkan hasil FGD dengan masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik seperti Desa Dalam dan Desa Banuayu. Mereka merasakan bau yang ditimbulkan dari aktivitas pabrik. Hal tersebut terjadi seharian dan akan hilang ketika cuaca kembali normal. Bau yang ditimbulkan juga terjadi pada saat pabrikshut down.Efek dari bautersebut tidak sampai membuat penyakit tetapi terkadang merasakan pusing dan mereka langsung akan menutup pintu rumahnya sehingga bau dari aktivitas pabrik tidak menyebar di area rumah.Hal ini dapat diketahui dari hasil FGD dengan informan yaitu,
…..Pasti ado men bau ntu cuma kami ni lha terbiase , kadang seharian dag sampai sehari (NI).
……Biasonyo ntu men pabrik lagi dag beoperasi baru baunyo ntu muncul, kalu sakit parah idag paling pusing dek (SK).
……Dalam seminggu ntu pasti ado yo men lamo harus nutup pintu biar dag menyebar masuk ke rumah (LS).
Berdasarkan observasi yang dilakukan diPT TeL, para karyawan telah diberi masker, namun masih terdapat karyawan yang tidak menggunakan masker dengan alasan ketidaknyamanan. Emisi gas buang yang berasal dari turbin genset, recovery boiler dan power boiler dan mesin di daerah recaustizingtelah dibuang ke lingkungan melalui stack gas. Seluruh ruang produksi dan gas buang disirkulasikan melalui ventilasi ruangan. Pengelolaan dan pemantauan dilakukan setiap enam bulan sekali. Jumlah pohon pelindung di dalam pabrik cukup terbatas. Pengelolaan gas tidak menggunakan proses roaster.
Tabel 5.5 Hasil observasi menggunakan tabel efektivitas :
Parameter
Hasil
Keterangan
1. Kualitas Udara

CE
  1. Penggunaan masker
-
  1. Emisi gas buang yang berasal dari turbin genset dan boiler, dibuang ke lingkungan udara melalui stack gas.
  1. Ruang Produksi, gas dibuang/disirkulasi ke udara melalui lubang
        ventilasi, sedangkan debu keluar melalui ventilasi ruangan.
  1. Rutin melakukan pelaporan pengelolaan pemantauan kualitas udara
       5.Ambient, dilakukan pengelolaan dengan penanaman pohon pelindung di dalam pabrik.
-
       6.Pengelolaan gas dengan menggunakan proses roaster dan    tidak   menyebar keluar.
-

Berdasarkan telaah dokumen Laporan RKL-RPL tahun 2013,sumber dampak berasal dari emisi debu dari power boiler, recover boiler,dan lime kiln, serta emisi H2S, SO2, NO2, dan ClO2 yang berasal dari power boiller, recovery  boiler, lime kiln,dissolving tank,digesting tank,dan bleach tank. Dampak emisi gas dan debu yang timbul pada tahap operasi dapat menimbulkan masalah kesehatan terhadap masyarakat disekitar pabrik dan juga terhadap karyawan dipabrik
Upaya pengelolaaan yang dilakukan yaitu pengendalian terhadap debu dan emisi gas dengan menggunakan alat pengendali pencemaran udara yang memiliki efisiensi tinggi yaitu electrostatic precipitators dan cyclone separators (CS). Area yang dipantau ialah kantor environmental, daerah town site, pos water intake yang terdapat di daerah town site dan Pos Gudang B3. Pemantaun dilakukan pada awal tahun dan pertengahan tahun dan hasil tersebut diserahkan ke BLH provinsi.
Tabel 5.6 Pemantauan Debu di Area PT Tel
Lokasi
Debu Jatuh(ton/km2/bln)
Baku Mutu(ton/km2/bln)
Kantor Environmental
8,28
10
Pos Gudang B3
9,39
10
Town Site/Guest House
5,56
10
Pos Water Intake
6,04
10
Sumber: (RKL-RPL, 2013)
2.      Kebisingan
Kebisinganmerupakan tahap awal untuk memahami dampak negatif yang berasal dari mesin produksi. Kebisingan dipantau oleh pihak safety setiap enam bulan sekali. Berdasarkan hasil wawancara mendalam  dengan informan kunci didapatkan kesimpulan bahwa muffler belum mampu meredam kebisingan yang disebabkan oleh mesin produksi terutama mesin power boiler dan recovery boiler, sehingga untuk mengatasinya mesin sebaiknya diisolasi, setiap karyawan di area yang rentan tersebut diperlengkapi dengan ear plug dan juga ear muff namun dengan alasan ketidaknyamanan mereka tidak menggunakan alat pelindung diri tersebut. Jika mereka tidak menggunakan ear plug dan ear muff menjadi tanggung jawab individu tidak dilimpahkan ke perusahaan.Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan informan kunci  sebagai berikut,
….Hanya dengan muffler saja tidak dapat meredam kebisingan,paling tidak untuk meredam kebisingan sebaiknya mesin tersebut diisolasi, dan jika terjadi kelebihan ambang batas biasanya dikarenakan karyawan itu sendiri tidak memakai alat pelindung diri…… (RD).
…..Sebenarnya semua karyawan dilengkapi dengan ear plug apalagi karyawan tersebut area kerjanya di recovery boiler sebaiknya dilengkapi dengan ear plug dan juga ear muff …..(RD).
…..Pemeriksaanya sendiri setiap enam bulan sekali, dan jika terjadi kelebihan ambang batas  ya itu konsekuensi karyawannya dan bukan tanggung jawab perusahaan lagi ….(RD).
Berdasarkan hasil FGD dengan masyarakat dan karyawan yang tinggal di sekitar pabrik seperti Desa Dalam dan Desa Banuayu. Mereka merasakan kebisingan dikarenakan letak desa yang dekat dengan daerah recovery boiler dan power boiler. Kebisingan makin meningkat pada malam hari sehingga menyebabkan gangguan kenyamanan dan pada pekerja gangguan konsentrasi kerja.Hal ini dapat diketahui dari hasil FGD dengan informan sebagai berikut,
…..Yo teraso dek kerna desa kami ni lha yg paling dekat dengan pabrik ntu, belakang area pabrik langsung desa kami la…. (DS)
…..Malam biasonyo paling bising ntu men siang dag pulo tapi men malam teraso nian….. (SK).
….aii kawan yang di boiler ntu  pakai ear plug jugo kadang masih teraso bising yo cak mano ini lha gawean paling  istirahat men la rasonyo dag nyaman lagi….. (AN).
Berdasarkan observasi yang dilakukan di PT TeL, pengelolaan kebisingan terutama didaerah ruang produksi seperti recovery boiler, dan power boiler telah dilengkapi dengan alat peredam getaran. Pemberian ear plug kepada karyawan walaupun tidak keseluruhan karyawan yang menggunakan ear plug tersebut dengan alasan tidak nyaman. Pemeriksaan berkala setiap enam bulan sekali oleh pihak safety.
Tabel 5.7Hasil observasi menggunakan tabel efektivitas :
Parameter
Hasil
Keterangan
2. Kebisingan

CE
  1. Ruang Produksi, pengelolaan dilakukan dengan alat peredam getar
  1. Pemeliharaan alat secara rutin 2x persemeeter
-
  1. Penggunaan earplug bagi karyawan
-
  1. pengelolaan dilakukan dengan penanaman pohon pelindung di
batas lahan pabrik.
    
  1. Baku Mutu Lingkungan < 55 dbA di area pemukiman
  1. Nilai Ambang Batas < 85 dbA di area pabrik
-

Berdasarkan telaah dokumen Laporan RKL-RPL tahun 2013,sumber dampak yaitu pada tahap operasi pabrik, termasuk transportasi bahan baku dan produk yang dapat menimbulkan kebisingan terhadap pemukiman terdekat. Dampak yang ditimbulkan berupa masalah kesehatan terhadap masyarakat sekitar terutama pemukiman terdekat yaitu desa dalam dan karyawan pabrik.
Tolok ukur kebisingan adalah 55 dB(A). Upaya pengelolaan yang dilakukan selama tahun 2013 adalah mengendalikan kebisingan dengan pemasangan silencer (peredam suara) atau muffler pada mesin-mesin pabrik. Spesifikasi peralatan disyaratkan dengan tingkat bunyi maksimum 86 dB (A) untuk jarak 25 m. Apabila kebisingan mesin lebih dari 85 dB (A) maka mesin ditempatkan di ruang tertutup (diisolasi), sehingga suara yang menyebar keluar (kelingkungan) menjadi berkurang. Sumber-sumber kebisingan dengan intensitas tinggi berasal dari mesin pabrik, seperti turbo generator, debarking/chipping, recovery boiler, power boiler dan sebagainya.
Pemantauan kebisingan pada tahun 2013 dilakukan di lingkungan pabrik sampai batas pagar.Hasil pemantauan tingkat kebisingan didaerah sekitar lokasi pabrik yaitu bagian selatan 58,1 db dan yang paling tinggi ialah daerah pada bagian timur tempat recovery boiler dengan nilai kebisingan 64 db. Sedangkan di area pemukiman Desa yang paling tinggi inetnsitas kebisinganya ialah Desa Dalam dengan intensitas kebisingan 59,2 db.
Tabel 5.8 Hasil Kebisingan di Area Pabrik
Lokasi
Hasil db (A)
Baku Mutu db (A)
Selatan
58,1
65
Barat
40,5
65
Utara
40,1
65
Timur
64,0
65
Sumber : RKL- RPL 2013
Tabel 5.9 Hasil Kebisingan di Area Permukiman Pada Tahun 2013
                        Lokasi
Hasil db (A)
Baku Mutu
Siang
Malam
Desa Benuang 1
51,0
47,4
55
Desa Benuang 2
50,0
47,4
55
Town Site/Guest House
49,1
46,8
55
Desa Tanjung Menang
48,4
50,9
55
Desa  Dalam
55,3
59,2
55
Sumber : RKL- RPL 2013
Berdasarkan data formulir kebisingan lingkungan kerja di PT TeL didapatkan hasil bahwa daerah yang melebihi baku mutu standar yaitu daerah pulp mesin pada dryer dan cuffer ABB serta recovery boiler khususnya lantai dua, daerah chemical plant pada air compressor, daerah cooking bleaching pada digester dan cooking area serta power boiler pada lantai dasar. Hal ini dapat digambarkan dengan tabel berikut :
Tabel 5.10 Data Kebisingan di Area PT Tel
No
Nama Lokasi
Hasil dbA
Keterangan
1
Pulp Machine         - Dryer
                               - Cutter ABB
97,2
87,4
Melebihi NAB
Melebihi NAB
2
Ware House           - Tail Man
                               - Loading Pulp
76,5
70,5
Dibawah NAB
Dibawah NAB
3
Recovery Boiler     - Lantai Dua
                               - Fasility Room
98,4
60,4
Melebihi NAB
Dibawah NAB
4
Chemical Plant       - Air Compressor
                                - HCl Plant
87,6
92,2
Melebihi NAB
Melebihi NAB
5
Chip                        - Main DCS
                                - Control Room
64,2
60,2
Dibawah NAB
Dibawah NAB
6
Cooking Bleaching – Hydrolic Room
                     - Digester Area
94,8
99,7
Melebihi NAB
Melebihi NAB
7
Power Boiler           - Lantai Dasar
                     - Fasility Room
87,5
69,3
Melebihi NAB
Dibawah NAB
Sumber : Form Kebisingan 2013 PT TeL
3. Sampah Domestik
Sampah domestik berasal dari sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga masyarakat penghuni   town sitedan perkantoran. Sampah domestik yang ada di area pabrik di kelola oleh pihak General Affair. Sampah domestik dibuang ke drum yang diklasifikasikan menjadi tiga jenis. Karyawan yang bertanggung jawab di bidang limbah mengatakan bahwa sering terjadi pencampuran antara sampah domestik dan limbah B3 seperti majun dan sekrup. Hal itu terjadi di area mechanical dan juga evaporator. Pencampuran sampah domestik dan juga limbah B3 merupakan suatu pelanggaran, dan setiap seksi yang melakukan pelanggaran akan mendapat form abnormality.Hal ini dapat diketahui dari hasil FGD dengan informan sebagai berikut,
…..Ya pernah dan yang paling sering di area mechanical dan area evaporator, drum sudah disediakan menjadi beberapa jenis tapi masih saja membuang sekrup di tempan majun atau sampah domestik bergabung dengan majun di satu drum… (PN).
…..GA yang nanganinyo tu, GA ngambeknyo tiap hari kecuali libur, Biasanyo ntu yang tercampur oli bekas dan majun ke drum sampah domestik, kalau tiga kali pelanggaran ya kami bawa ke manager…. (AN).
…..Sebenarnyo menurut peraturan itu dag biso tecampur men tecampur kami complain ke seksi terkait gek dibuat laporan abnormalitynyo… (NP).
Berdasarkan hasil FGD dengan masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik. Sampah domestik yang ada di area town site ( Desa Banuayu) berasal dari sampah rumah tangga. Setiap hari sampah tersebut diangkut oleh petugas namun hari libur atau akhir minggu petugas tidak mengangkut sampah. Penumpukan sampah menyebabkan gangguan estetika seperti adanya lalat dan menyebarnya sampah di jalanan.Hal ini dapat diketahui dari hasil FGD dengan informan yaitu,
…..Sampah disini diangkut samo petugasnyo, ado petugas yang datang tiap pagi, men libur atau akhir minggu kate…. (YN).
……Petugasnyo dag datang men hari libur jadi sampah kami ntu numpuk, nyebar kemano mano…. (RN).
..…Setiap pagi sampah diambil samo petugas tapi dek men la akhir minggu sudah la,,tunggu senin baru diambil lagi….. (AD).
Berdasarkan observasi yang dilakukan di PT TeL, sesuai dengan hasil FGD sampah domestik dikelola oleh General Affair. Bak penampungan sampah juga dibedakan menjadi beberapa jenis namun pengangkutan sampah tidak dilakukan setiap hari. Setiap seksi juga belum memiliki kesadaran untuk membuang sampah sesuai dengan bak penampunganya. Sampah domestikdiangkut ke Tempat Pembuangan Akhir di Prabumulih dan belum ada pemanfaatan atau pendaurulangan kembali.
Tabel 5.11 Hasil observasi menggunakan tabel efektivitas :
                                       Parameter
Hasil
Keterangan
3. Sampah Domestik                             

KE
  1. Sampah Domestik dikelola oleh pihak GA
  1. Bak penampungan sampah dibedakan menjadi beberapa jenis
  1. Pengangkutan samapah setiap hari oleh pihak GA
-
  1. Setiap department membuang sampah sesuai dengan jenisnya
-
  1. Penggunaan kembaili sampah domestik
-
  1. Pendaurulangan sampah domestik
-

Berdasarkan telaah dokumen Laporan RKL-RPL tahun 2013, sumber dampak berasal dari sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga masyarakat penghuni   town sitedan perkantoran. Tumpukan sampah domestik dapat menimbulkan bau, menjadi media hidup dan berkembangnya lalat dan genetika yang buruk yang mengakibatkan keluhan  (persepsi masyarakat)  dan gangguan kesehatan karyawan. Sebagai tolak ukur dalam pengelolaan sampah domestik antara lain: bau yang menyengat atau tidak sedap. Populasi lalat meningkat, estetika (pemandangan kurang sedap) dan adanya keluhan masyarakat.
Waktu pengelolaan, bak penampungan sampah sementara dibangun pada saat kegiatan rumah tangga   di town site, telah berjalan. Kegiatan pengangkutan dan pembuangan sampah ke TPS berlangsung selama ada kegiatan rumah tangga di  town site dan perkantoran. Lokasi pengelolaan bak penampungan sampah dibangun pada setiap ujung blok perumahan di town site dan TPS dibangun didekat lokasi landfill serta tempat pembuangan sampah akhir (TPA), upaya pengolaan sampah domestik yang dilakukan ialah membuat tempat penampungan sampah yang berupa bak sampah dan TPS. Bak sampah berada pada ujung blok perumahan dan TPS ( Tempat Penampungan Sementara) terletak diareal landfill. Selanjutnya dari TPS, sampah akan diangkut ke TPA di prabumulih. Pengangkutan sampah dari tong sampah ke bak sampah, dari bak sampah ke TPS dan dari TPS ke TPA. Pengangkutan sampah dilakukan oleh contractor yang berada dibawah pengawasan depertemen General affair Department (GDA) yang bertanggung jawab didalam pengangkutan sampah dari tong sampah baik yang beralokasi di area pabrik maupun yang berada  dilokasi town site (perumahan) ke (TPS) sampah domestik, sedangkan dan TPS ke TPA dilakukan oleh CV. Vitra Dwi Suci.
4.Kesempatan Berusaha
Kesempatan berusaha di sekitar PT TeLdimanfaatkan oleh penduduk lokal.Warga tersebut bekerja berdasarkan kontrak. Jenis pekerjaan bermacam- macam seperti pengatur taman, penyapu jalan, sedangkan untuk kesempatan untuk berjualan bagi masyarakat sekitar serta adanya transportasi umum belum diterapkan PT TeL dikarenakan tidak memiliki izin dari management perusahaan.Hal ini dapat diketahui dari hasil FGD dengan informan sebagai berikut,
…..Ado warga sekitar yang bekerja di TeL ni tapi kontrakan seperti tukang cabut rumput, tukang sapu jalan diambil dari desa-desa sekitar ni la kalu untuk kantin samo transportasi umum dag kate karena perusahaan ni punya Jepang jadi disiplinyo kuat….. (JD.
…..Menurut aku seharusnyo ado kantin samo tranportasi umum cak tukang ojeklyang biso masuk cuma pihak perusahaan berkata lain, ya mungkin supaya karyawan dag keluar-keluar….. (HR).
…..Pekerja kontrakan ado dari warga sekitar untuk nata taman samo nyapu jalan tapi untuk kantin di perusahaan dag kate dek, tu kebijakan perusahaan supaya kami dag santai-santai….. (PN).
Berdasarkan hasil FGD dengan masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik. yaitu Desa Banuayu Desa Dalam  jika ada kesempatan berusaha dari pihak PT TeL pertama kali diumumkan di balai desa. Pekerjaan tersebut bersifat kontrak ataupun memiliki waktu tertentu, jenis pekerjaan seperti pengatur taman serta penyapu jalan. Mereka dapat berjualan di area komplek dan memiliki batasan waktu serta harus berjalan kaki / menggunakan gerobak. Sedangkan untuk berjualan di area pabrik mereka tidak mendapatkan izin. Hampir keseluruhan responden beranggapan bahwa perusahaan tidak memberikan pengaruh terhadap kesempatan berusaha. Hal ini dapat diketahui dari hasil FGD dengan informan sebagai berikut,
……Biasonyo men lagi buka gawean tu diumumke ke kepala desa, gek kami dipilih berdasarkan ketentuan- ketentuan, jenisnyo macam- macam dek ado nyapu jalan yo kerja-kerja lepas cag itu la, kalu soal jualan setau aku belum ado.Kalu aku pribadi dag ado pengaruh langsungyo dari pabrik ni dag ado dampaknyo ke aku…. (DS.)
……Kami dag berjualan di area pabrik dek, kami dibolehke di komplek dan itu cuma pagi samo sore dan harus jalan kaki dag bole pakai motor dek. Yo itu tergantung la dek kalu untuk jadi buruh di pabrik raso aku itu orang-orang tertentu bae…. (LS).
…..Biso berjualan tapi di area perumahan dek, aku jugo pernah tapi la berhenti dek harus keliling pakai gerobak. Bagi keluarga dag ado dampaknyo dek kalu orang terpilih yang merasake dampak dari dibangunnyo pabrik ni…. (NI).
Berdasarkan observasi yang dilakukan diPT TeL, sesuai dengan hasil FGD untuk parameter kesempatan berusaha mobilisasi tenaga kerja melibatkan pihak desa dan RW. Kebtuhan tenaga kerja diinformasikan di Balai Desa. Peluang kerja bersifat kontrak tidak berkesinambungan. Kesempatan berjualan tidak untuk di area pabrik tetapi untuk perumahan.
Tabel 5.12 Hasil observasi menggunakan tabel efektivitas:
Parameter
Hasil
Keterangan
4. Kesempatan Berusaha

KE
  1. Mobilisasi tenaga kerja melibatkan pihak desa dan RW
  1. Menginformasikan kebutuhan tenaga kerja diBalai Desa
  1. Adanya kantin yang dikelola oleh masyarakat diarea pabrik
-
  1. Adanya transportasi umum di area pabrik
-
  1. Mobilisasi tenaga kerja melibatkan warga desa sekitar
-
  1. Peluang kerja berkesinambungan
-

Berdasarkan telaah dokumen Laporan RKL-RPL tahun 2013, sumber dampak dari mobilitas pekerja dan kegiatan-kegiatan PT TeL, diluar proses produksi antara lain : Pemeliharaan gedung dan taman, pengecetan gedung, pengadaan bahan marerial bangunan seperti pasir dan lain-lain.  Dampak yang ditimbulkan adalah, timbulnya kesempatan berusaha di sekitar PT TeL yang dimanfaatkan oleh penduduk lokal. Sedangkan tolak ukur pengelolaan tidak bermanfaatnya peluang usaha oleh sejumlah penduduk lokal.Waktu pengelolaan dilaksanakan selama operasi pabrik berlangsung dan lokasi pengelolaan di Desa Dalam (Kecamatan Gunung Megang), Desan banuayu, Gerinam, Tebat Agung, Muara Niru, Kuripan dan Kasih Dewa (Kecamatan Rambang Dangku). Seperti yang telah dilakukan pada masa sebelumnya, beberapa upaya pengelolaan yang dilakukan antara lain meningkatkan kesempatan berusaha, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung yaitu banyaknya pemberian pekerja kontrakan berupa pekerjaan pemeliharaan gedung dan taman, pengecetan gedung, pengadaan bahan material bangunan seperti pasir dan lain-lain. Sedangkan secara tidak langsung merupakan multiplier effect upah yang diterima pekerja lokal (peredaran uang meningkat di masyarakat).
5. Persepsi Masyarakat
Dampak yang timbul minimal persepsi negatif atau bahkan konflik terbuka. Persepsi berupa positif ataupun negatif terhadap dampak yang dirasakan dari parameter kebisingan, kualitas air, limbah padat, sampah domestik, kesempatan berusaha, dan kesehatan masyarakat. Sebagian besar masyarakat di Desa Dalam mengeluhkan masalah kebisingan, tingginya angka penyakit ISPA sedangkan untuk kesempatan berusaha mereka tidak bermasalah. Untuk  masyarakat di Desa Banuayu mengeluhkan masalah sampah domestik dan kondisi air sumur yang asam, sedangkan untuk limbah padat mereka tidak bermasalah dikarenakan pengelolaan limbah padat di PT TeL cukup baik dengan adanya landfill.Hal ini dapat diketahui dari hasil FGD dengan informan sebagai berikut,
…..Masalah kami warga Desa Dalam ni yo paling cuma bising dek, kalu untuk penyakit ISPA yang paling sering yo itu tadi karena letak desa kami parak pabrik….(DS).
……Samo  be dek aku ni la lamo tinggal di desa ni sejak Tel berdiri, masalahnyo dag jauh- jauh dari bising ntu la untuk kesempatan kami begawe di pabrik menurut aku sudah baik…. (SK).
…..Kalu kami warga Desa Banuayu dek paling yang menjadi masalah bau pabrik, rasa sumur kami yang asam, kalu untuk limbah padat dag pula teraso kerna PT Tel ni punyo landfill yang cukup besak….(YN).
Berdasarkan observasi yang dilakukan di PT TeL, sesuai dengan hasil FGD untuk masalah yang dikeluhkan masyarakat bervariasi. Masyarakat Desa Dalam mengeluhkan kebisingan dan rentanya warga mereka terkena penyakit ISPA, sedangkan untuk masyarakat Desa Banuayu mengeluhkan kualitas air dan, sampah domestik yang terkadang tidak diangkut oleh pihak General Affair.
Tabel 5.13 Hasil observasi menggunakan tabel efektivitas:   
Parameter
Hasil
Keterangan
5. Persepsi Mayarakat
-
KE
  1. Kebisingan
-
  1. Kualitas air
-
  1. Limbah padat
  1. Sampah domestic
-
  1. Kesempatan berusaha
  1. Kesehatan Masyarakat
-

Berdasarkan telaah dokumen Laporan RKL-RPL tahun 2013, sumber dampak dari mobilitas pekerja dan kegiatan-kegiatan.Dampak bersumber dari kegiatan mobilitas tenaga kerja, pengelolaan air baku, proses produksi yang menimbulkan kebisingan, pengelolaan limbah cair dan gas. Dampak yang timbul minimal persepsi negatif atau bahkan konflik terbuka. Jika pengelolaan kegiatan mobilitas tenaga kerja, pengelolaan air baku, proses produksi yang menimbulkan kebisingan, pengelolaan limbah cair dan gas menimbulkan dampak negatif, maka konflik terbuka bisa saja terjadi.Kriteria penilaian persepsi masyarakat yang berada di sekitar PT TeL menggunakan kriteria yaitu positif dan negatif. Hasil survey menunjukkan sebanyak 200 responden menunjukkan tingkat kenyamanan masyarakat terhadap keberadaan PT TeL. Menggunakan lima kriteria penilaian yang antara lain sangat nyaman, nyaman, biasa saja, tidak nyaman dan sangat tidak nyaman, Hasilnya sebanyak 53 responden (26,%) menyatakan biasa saja, 67 responden (34% ) menyatakan tidak nyaman, 54 responden 24% menyatakan nyaman, 26 responden (13%) menyatakan nyaman dan 1 responden (0,5%) yang menyatakan sangat nyaman.
Survei ini melibatkan 200 responden di Palembang dengan meliputi sepuluh desa yang berada di Ring I, Ring II, dan Ring III PT TeL.
6.Kesehatan Masyarakat
Dampak yang ditimbulkan adalah terganggunya kesehatan masyarakat akibat pencemaran air dan emisi gas dan tidak terlayaninya pelayanan kesehatan masyarakat yang terkena dampak. Terdapatnya hubungan antara penyakit ISPA dengan kualitas udara yang menyebabkan  penderita lebih rentan terpapar virus tertentu. Klinik terbuka untuk umum tidak hanya karyawan pabrik namun dibebankan biaya. Masyarakat sering mengeluhkan batuk dan sesak nafas, serta masih terdapatnya penyakit kulit bagi masyarakat yang menggunakan air Sungai Lematang untuk beraktivitas sehari-hari.Hal ini dapat diketahui dari hasil FGD dengan informan sebagai berikut,
……Selama saya menjadi dokter jaga di klinik ya angka penyakit tertinggi tetap ISPA, jelas ada hubungannya kualitas udara akibat proses pabrik terhadap kerentanan seseorang sehingga dia terpapar virus tertentu, tidak membatasi umum juga boleh datang ke sini…. (AR).
…..Kalu penyakit selamo aku betugas di pustu paling batuk- batuk samo sesak nafas dek, kalu penyakit kulit ado tapi mereka yang masih gunake air sungai keluhannyo gatal-gatal. Setahu aku dulu ado wong Tel yang datang ke desa ni tapi itu awal dari pihak labor katonyo….(SO).
…..Penyakit kulit sekarang la jarang dek semenjak kami la gunake air keran yang dari Tel, tapi men desa lain yang gunake air sungai raso aku ado. Selame aku tinggal di desa ni ade sesekali kalu sekali setaun dag rutin la…. (NI).
…..Biase be dek penyakit didesa ni paling batuk- batuk berkepanjangan kalu ade hubungannye dengan pabrik aku kurang tahu menjelaskan, kalu penyakit kulit dulu kalu sekarang la jarang dek… (DS).
Berdasarkan observasi yang dilakukan terhadap dokumen dari klinikPT TeL, sesuai dengan hasil FGD di masyarakat diketahui bahwa angka penyakit ISPA masih menempati posisi pertama, dan diikuti oleh penyakit kulit. Penyuluhan telah dilakukan oleh Departemen Humas setiap semester. Fasilitas klinik terbuka untuk umum, tetapi pihak PT TeL belum mencanangkan program jaminan kesehatan kepada masyarakat.
Tabel 5.14 Hasil observasi menggunakan tabel efektivitas
Parameter
Hasil
Keterangan
6.Kesehatan Masyarakat

CE
    1.Menurunnya angka penyakit ISPA
-
     2. Menurunnya angka penyakit Kulit
     3. Menurunnya angka penyakit diare
     4.Sosialisasi/Penyuluhan 2 x per semester terhadap warga sekitar
-
     5.Fasilitas klinik terbuka untuk umum
     6.Pemberian jaminan kesehatan terhadap warga yang terkena dampak
-

Berdasarkan telaah dokumen Laporan RKL-RPL tahun 2013,dampak bersumber dari pembuangan limbah cair serta emisi gas akibat operasi pabrik pulp PT TeL. Dampak yang ditimbulkan adalah terganggunya kesehatan masyarakat akibat pencemaran air dan emisi gas dan tidak terlayaninya pelayanan kesehatan masyarakat yang terkena dampak.Upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka menjaga dan mempertahankan kualitas kesehatan karyawan dan masyarakat seperti menjaga agar semua limbah yang dihasilkan dari pabrik dan rumah tangga di town site dikelola sesuai dengan peraturan yang berlaku dan memenuhi baku mutu lingkungan yang dipersyaratkan serta memfungsikan poliklinik di lingkungan pabrik : pelayanan di dalam poliklinik, pelayanan di luar poliklinik apabila poliklinik tidak mampu dalam hal penangan dan pengobatan dan memberikan rujukan ke rumah sakit.
Penyakit yang dialami oleh masyarakat sekitar PT TeL berdasarkan hasil kuisioner antara lain: ISPA (40,58,%), Penyakit Kulit (23,19%), Diare (8,70%), Influenza (10,14%). Hal ini sedikit mirip bila dibandingkan dengan data dari poliklinik PT TeL. data poliklinik menyebutkan penyakit ISPA adalah penyakit yang sering ditemui (41,82%), lalu penyakit lainnya (9,82%), penyakit kulit dan jaringan sub-kutan (11,5%) yang akan digambarkan dengan tabel 5.9  berikut :
Tabel 5. 15 Angka Penyakit Bulan Maret 2014
No
Code
Tipe Penyakit
Total
Persentase
1
13
Penyakit ISPA
338
41,1
2
20
Penyakit Kulit                              
168
20,4
4
22
Penyakit pada Sistem Otot
62
7,5
5
15
Penyakit Rongga Mulut
48
5,9
6
0902
Penyakit Kelainan Susunan Syaraf
46
5,6
7
12
Penyakit Tekanan Darah Tinggi
46
5,6
8
1901
Kecelakaan
43
5,2
9
24
Gastritis
42
5,1
10
0102
Diare
30
3,6
Sumber : Data Klinik PT Tel
7.               Konflik Sosial
Konflik sosial terjadi akibat adanya penerimaaan pekerjaan pendatang dan pekerjaan asing dan  dampak yang timbul dapat berupa konflik tertutup atau konflik terbuka apabila penerimaan pekerja  tidak dilakukan dengan transparan dan interaksi antara mereka tidak dikelola atau direkayasa dengan baik. Menurut karyawan di PT TeL masih terdapat perbedaan gaji antara pekerja asing dan pekerja lokal. Pendidikan yang sama dan tugas yang sama tetapi menurut mereka insentifnya berbeda. PT TeL juga memiliki serikat buruh yaitu KKB. Training dilakukan bagi leader atau ketua shift.Hal ini dapat diketahui dari hasil FGD dengan informan sebagai berikut,
…… perbedaan tu la jelas ado, cak mano dek tugas samo, pendidikan jugo tapi la wajib berbeda gaji tu la wajar terjadi walau la sudah lama begawe…..(AN).
..….Ado dag bisa dipungkiri lagi wong pendatang lebih diutamakan disini, kami punya serikat  KKB fiungsinyo untuk memperjuangkan hak –hak kami, ado pernah kami para leader training di Palembang….. (MT).
…..Gaji sesuai grade men grade tinggi gaji tinggi pulo, raso aku ado tapi di seksi lain kalu di lingkungan dag kate , training aku dag pernah tahu dek…. (HR).
Berdasarkan observasi yang dilakukan di PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper, sesuai dengan hasil FGD di masyarakat diketahui bahwa timbulnya proses ketidakpuasan dari pekerja lokal menyangkut insentif yang mereka dapatkan, Pelatihan diberikan hanya kepada ketua grup, kurangnya komunikasi antara pekerja lokal dan pekerja pendatang, PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper memfasilitasi terbentuknya serikat buruh yaitu KKB,serta tidak membedakan penggunaan fasilitas umum antara pekerja lokal dan pekerja pendatang.
Tabel 5.16Hasil observasi menggunakan tabel efektivitas :
Parameter
Hasil
Keteranngan
7.Konflik Sosial

KE
  1. Timbulnya proses kepuasan dari pekerja lokal
-
  1. Adanya komunikasi sosial antara pekerja lokal dan pendatang
-
  1. Memberikan pelatihan kepada pekerja lokal
-
  1. Memfasilitasi terbentuknya serikat KBB
  1. Tidak membedakan fasilitas umum antara pekerja lokal dan pendatang
  1. Persamaan gaji antara pekerja lokal dan pendatang
-

Berdasarkan telaah dokumen Laporan RKL-RPL tahun 2013, dampak yang ditimbulkan adalah adanya keluhan dan/atau protes ketidak puasan dari pekerja lokal yang signifikan karena, kurangnya komunikasi sosial antara pekerja pendatang dengan pekerja lokal perasaan di nomor duakan atau kecemburuan sosial pada pekerja lokal terkait dengan perlakuan manajemen PT TeL terhadap pekerja pendatang termasuk diantara pekerja asing; dan pernyataan ketidaksenangan pekerja lokal terhadap keberadaan pekerja pendatang.
8.Kualitas Air
Kualitas air dilihat dari : peningkatan kadar BOD, COD serta pembuangan limbah cair dibawah ambang batas.Menurut karyawan di PT TeL jika terjadi kelebihan pH di parit hujan disebabkan oleh aliran dari chemical plant. Kebocoran pada saat cleaning dan juga keadaan pipa yang mulai korosif menjadi salah satu penyebab peningkatan pH di parit hujan. Laporan abnormality akan diberikan jika seksi yang bersangkutan melakukan kecorobohan. Jika sudah mengalir ke parit hujan maka bagian yang bertugas harus menutup parit dengan pasir sehingga tidak mengalir ke pemukiman masyarakat. Kondisi cuaca yang buruk juga menyebabkan kenaikan pH akibat mengalirnya kapur di area recaustizing ke parit hujan.Hal ini dapat diketahui dari hasil FGD dengan informan sebagai berikut,
……baru-baru ini ado terjadi itu dari chemical plant tapi langsung ditanggulangi dari pihak kami….. (MT).
…….kenaikan pH terjadi biasonyo kerna ado kebocoran ataupun pipa yang korosif, la terjadi dikasi pasir supaya dio dag nyebar ke masyarakat…. (SW).
……banyak penyebabnyo dek salah satunyo kerna pas hujan jadi kapur yang di daerah recaust mengalir ke sewer…… (AN).
Berdasarkan hasil FGD dengan masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik. yaitu Desa Banuayu dan Desa Dalam  didapatkan hasil bahwa warga sekitar tidak menggunakan air Sungai Lematang mereka telah diberi air umum dariPT TeL. Warga yang menggunakan air sungai rentan terkena penyakit kulit. Untuk menjaga kondisi air sungai tetap stabil pihak PT TeL mengeluarkan limbah cair pada saat air pasang. Warga masih menangkap ikan di sekitar sungai, bahkan di area holding pond (kolam sementara) walau pihak perusahaan telah mengingatkan.Hal ini dapat diketahui dari hasil FGD dengan informan sebagai berikut,
……kami dag pakai banyu sungai lagi dek, kerna ado warga yang gunake banyu sungai nahh mereka gatal- gatal mandike banyu itu, sekarang dibangun air umum dari perusahaan (DS).
……air sungai maupun sumur dag kami gunake lagi  kerna kondisi sumur kami asam dan keruh jadi kami pakai air dari Tel tu lah (RN).
…..memang kami la jarang pakai air sungai kerna kami la tahu semua sisa pabrik dibuang ke sungai itu, tapi masih ade la yang nangkap ikan bahkan di kolam yang di Tel tu banyak warga yang kesano nyari ikan dan dimakan dag jadi masalah padahal dari pihak Tel la ngingatke dampaknyo itu dag dirasake dalam waktu dekat (YN).
Berdasarkan observasi yang dilakukan diPT TeL, sesuai dengan hasil FGD di masyarakat dan juga karyawan diketahui bahwa. pembuangan limbah cair ke sungai dibawah ambang batas, pembuangan dilakukan pada saat air pasang. Pihak PT TeL melakukan penyuluhan kepada masyarakat setiap enam bulan sekali.
Tabel 5.17Hasil observasi menggunakan tabel efektivitas :
8. Kualitas Air

KE
  1. BOD ≤ 100 mg/L
-
  1. COD ≤  350 mg/L
  1. TSS ≤ 100 mg/L
-
  1. Pembuangan limbah cair ke sungai dibawah ambang batas
-
  1. Melakukan penyuluhan ke masyarakat secara rutin 2x per semester

  1. Pembuangan limbah pada saat air pasang
Berdasarkan telaah dokumen Laporan RKL-RPL tahun 2013, Pengaliran air limbah cair produksi PT.Tel dan limbah domestik ke Sungai Lematang dengan debit rata-rata 80.000 m3/hari atau 0.925 m3/detik . Dampak yang ditimbulkan yaitu : peningkatan kadar BOD, COD, AOX dan TSS. Pengelolaan limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi pulp PT TeL, dilakukan dengan dua pendekatan yaitu; (1) terintegrasi dalam proses produksi,dan (2) di luar proses produksi.Pengelolaan limbah cair dilakukan secara terintegrasi sebagai berikut: Dry debarking yang tidak menghasilkan limbah cair, pemanfaatan uap panas hasil pembakaran untuk pemanasan air, oxygen delignification untuk mengurangi pemakaian konsumsi bahan kimia pada proses pengelantangan, pencucian yang berlawanan arah dengan aliran bubur kertas guna mengurangi penggunaan air (brown stock washing), mendaur ulang lindi hitam dan bubur kertas yang rusak, serta air pendingin panas peluruhan dengan O2 mengurangi pemakain bahan kimia pada proses pengelantangan, pemakaian 100% CIO2 (ECF), bahan-bahan kimia bekas (CaO, weak white liquor) didaur ulang untuk dimanfaatkan kembali, pemanfaatan white water hasil pengeringan bubur kertas untuk penggelentangan dan, pemakaian kembali air pendingin bekas (panas) dengan didinginkan kembali di cooling tower. UPL mempunyai kapasitas  maksimum 100.000 m3/hari termasuk safety faktor 15%. Kontruksi UPL yang terdiri dari 1 unit primary clarifer, 1 unit neutralization basin , 1 unit aqualization basin, 4 unit cooling tower, 1 unit aeration basin, 2 unit secondary clarifier, 2 unit filter press, 1 unit emergency basin, 1 unit kolam penampungan dapat dilihat pada proses akhir UPL, limbah cair yang akan dibuang ke Sungai Lematang diambil contohnya untuk dilakukan pengukuran terhadap parameter sebagai berikut: BOD, tiga kali per minggu, COD, setiap 8 jam perhari, TSS setiap 8 jam per hari. Sebelum dibuang ke badan Sungai Lematang, setelah melalui UPL, limbah cair dialirkan melalui pharshall C, kemudian ke kolam penampungan, dan dilanjutkan ke Pharshall D. Dari pharshall D limbah cair dialirkan melalui bangunan penghilang busa (foam chamber). Dari bangunan penghilang busa tersebut limbah cair dialirkan melalui pipa besi ke Sungai Lematang. Ujung pipa diletakkan didasar sungai  pada jarak 1/3 dari lebar sungai. Bangunan penghilang busa adalah suatu bangunan yang di desain untuk mengurangi busa yang ditimbulkan oleh bangunan cair olahan sebelum masuk ke Sungai Lematang. Berikut sumber limbah cair di PT Tel :
Tabel 5.18 Sumber Limbah Cair dalam UPL pada Kegiatan Operasi Pembuatan Bubur Kertas PT. TeL
Unit
Konsentarsi  (m3/jam)
Jenis limbah
Sifat Limbah
Pengelolaan
Wood handing
68,0
Air sisa
TSS
UPL
Water treatment
27,2
Air sisa
TSS
UPL
Cooking
1.000,4
Air sisa
COD
UPL
Weshing screening dan blaching
687,2
Alkalin dan asam
BOD
UPL
Pulp drying dan finishing
67,2
White water
BOD, COD, TSS warna putih
UPL
Chemical Preparation
26,2
Air asam
Ph
UPL
Unit
Konsentarsi  (m3/jam)
Jenis limbah
Sifat Limbah
Pengelolaan
Recausticizing
173,1
Air sisa
TSS
UPL
Lime burning
26,0
Air sisa
TSS
UPL
Recovery boiler
502,5
Air sisa
TSS
UPL
Evaporator dan NCG
28,2
Air asam
COD, TSS
UPL
Sumber : Klockner ,1998 ( dalam laporan AMDAL 1999)
Tabel 5.19 Baku Mutu Limbah Cair Industri Pulp
Parameter

Konsentrasi Maksimum (mg/L)
Beban pencemaran maksimum (kg/ton)
BODs (BM1)
BODs (BM2)
100
100
8,5
8,5
COD (BM1)
COD (BM2)

350
350
29,75
29,75
TSS (BM1)
TSS (BM2)
100
100
8,5
8,5
Ph
6,0-9,0
-
Volume buangan air limbah per ton produk
-
85 m3/ADt
AOX
31,25
1,5 Kg/ADt
41,25
2,0 kg/ADt
BM1 :  Baku mutu Limbah Cair Industri Kep-51/ MENLH/10/1995 lampiran 8.V.
BM2 :  Baku Mutu air Sungai dan Limbah Cair di Provinsi Sumsel peraturan Gubernur No. 08 Tahun 2012

9.  Limbah Padat
Limbah padat dari operasi pabrik pulp berasal dari berbagai sumber sepertibark,sludge cake,dregs, grits,ash dan sand untuk menangani hal tersebut PT TeL membangun landfill, hingga sekarang ini perusahaan telah memiliki lima landfill untuk menghindari keluhan masyarakat berupa bau dan menurunya kualitas air sungai di setiap landfill dibangun sumur-sumur pantau. Kebocoran landfill pernah terjadi namun tidak menimbulkan dampak yang besar sehingga sumur pantau tidak terkontaminasi.Hal ini dapat diketahui dari hasil FGD dengan informan sebagai berikut,
……Bermacam-macam limbah padat yang ado di Tel ni dek ado dregs, grits, pasir, debu semua itu kita tampung di landfill kecuali pasir di heliped, ya setiap landfill pasti pernah mengalami kebocoran tapi kecil….. (MR).
…..iyo semua limbah padat di tampung di landfill dek sampai saat ini di Tel ada lima landfill namun akibatnyo ado keluhan dari warga yaitu bau dan kondisi air sumur mereka yang asam…. (MT).
…..Adanya landfill untuk menangani limbah padat dan untuk menangani kebocoran landfill sendiri kami membangun sumur pantau dek…..  (AN).
Berdasarkan observasi yang dilakukan di PT Tanjungenim Lestari Pulp and Paper, sesuai dengan hasil FGD pada karyawan diketahui bahwa. Sludge atau lumpur disimpan di tempat penyimpanan selanjutnya dikirim ke landfill. Bekas sisa kemasan ditampung sementara di gudang pada lokasi pabrik kemudian dijual atau dikembalikan kepada supplier. Terdapatnya pemanfaatan kembali limbah padat sebagai sumber energi yaitu kulit kayu yang dimanfaatkan kembali untuk menghasilkan energy listrik. Landfill dilengkapi dengan system drainase serta adanya sumur pantau yang dibangun di setiap landfill.
Tabel 5.20Hasil observasi menggunakan tabel efektivitas :
Parameter
Hasil
Keterangan
9. Limbah Padat

E
  1. Lumpur/sludge, di tempat penyimpanan sementara selanjutnya dikirim ke landfill
  1. Potongan/sortiran kertas, dari sisa produksi dimasukkan ke unit recycle
-
  1. Bekas sisa kemasan, ditampung sementara di gudang pada lokasi pabrik kemudian dijual atau dikembalikan kepada supplier.
  1. Pemanfaatan kembali limbah padat sebagai sumber energi
  1. Landfill dilengkapi dengan sistem drainase
  1. Adanya sumur pantau tiap landfill


Berdasarkan telaah dokumen Laporan RKL-RPL tahun 2013, Sumber limbah padat dari operasi pabrik pulp berasal dari berbagai sumber seperti yang terlihat pada tabel 5.21 :
Tabel 5.21Sumber limbah Padat dari Kegiatan Operasi Pembuatan Bubur Kertas PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
Unit
Jumlah limbah Padat (ton/hari)
Jenis Limbah Padat
Pengelolaan
Wood handling
520,0
Bark
Power Boiler ( dibakar)
Effluent treatment
42,5
Sludge cake
Efluent ditimbun di landfill
Brown stock washing
14,4
Screen reject
Ditimbun di landfill
Chemical preparation
5,2
Brine sludge
Landfill

Power boiler
33,7
Ash dan sand
Dipisahkan ditempat khusus dan tempat dipergunakan sebagai media pencampur.
Recausticizing
18,1
DregsdanGrits
Landfill
Town Site dan Perkantoran
5,0
LimbahDomestik
TPS
Sumber : Klockner ,1998 ( dalam laporan AMDAL 1999)
Dampak yang ditimbulkan berupa terjadinya penimbunan atau akumulasi limbah padat yang mengandung logam berat (Limbah B3). Penimbunan tersebut akan terjadi jika penanganan landfill tidak sesuai dengan persyaratan teknis. Tolak ukur pengelolaan adalah adanya keluhan masyarakat (bau dan kualitas air tanah)  di sekitar lokasi landfill. Lokasi pengelolaan dimulai dari pemilihan lokasi pengelolaan landfill yang dilakukan dengan memperhatikan berbagai aspek, antara lain: jarak lokasi pemukiman masyarakat sekitar pabrik dan town site,  jarak dan sumber mata air dan air tanah, jarak dari jalan raya; dan ketinggian lokasi yang mendaki untuk menghindari banjir. Fasilitas landfill dibangun dalam area pabrik. Pemilihan lokasi dalam pabrik dilakukan untuk memudahkan pengelolaan dan pengontrolan odour level, serta memudahkan lalu-lintas pengangkut limbah. Selama tahun 2013, berbagai upaya pengelolaan limbah padat dilakukan yang meliputi antara lain : Melakukan program 3R ( reduce, re-use and recovery) dengan memanfaatkan kembali limbah padat yang berasal dari chip preparation yang umumnya terdiri dari kulit kayu (bark) sebagai sumber energi untuk boiler. Dengan demikian dapat mengurangi volume limbah padat berupa kulit kayu yang dihasilkan oleh pabrik serta menjadi alternatif sumber energi.Limbah padat dari  waste water treatment plant, dan recovery unit dikelola secara khusus dengan landfill system. Sebelum dibuang kelandfill, limbah padat dikelola terlebih dahulu, antara lain menjadi proses dewatering untuk menurunkan kadar air dalam proses pemadatan (comaction) serta membangun landfill kategori III dengan pemenuhan terhadap seluruh persyaratan yang tertuang dalam keputusan Kepada Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : KEP-04/BAPEDAL/09/1995 tentang tata cara Persyaratan Penimbunan Hasil Pengelolaan. Persyaratan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.Pembuatan  sumur pemantau, dua sumur teletak pada jarak sekitar 20 m dari landfill (jarak antara kedua sumur pantau tersebut sekitas 50 m sejajar dengan pinggiran landfill) kearah barat laut (down streamdown) sedangkan satu sumur lainnya terletak di bagian tenggara pada jarak 20 m dari landfill (up stream).

5.3.5        Peran RKL- RPL dalam Kelestarian Hutan
Kelestarian hutan merupakan hal yang dipantau dalam RKL-RPL, karena menyangkut keanekaragaman hayati, potensi konflik sosial dan juga berpengaruh terhadap proses produksi. Untuk memantau hutan sekitar PT TeL memiliki metode yaitu PUP (Petak Ukur Permanen).PT TeL memiliki areal buffer zone seluas 525 ha. Pada saat ini PT TeL mengambil kayu dari Kalimantan dan Banyuasin karena hutan tanam industri yang dimiliki oleh Musi Hutan Persada dapat dimanfaatkan kembali pada tahun 2017, dan kayu yang digunakan yaitu eucalyptus.Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara  dengan informan sebagai berikut,
……Ya jelas ada hubunganya karena menurut undang-undang semua pengusahaan dan pemanfaatan hutan harus diatur oleh amdal, hutan juga mempengaruhi beberapa komponen seperti keanekaragaman hayati, konflik dengan penduduk sekitar, dan juga berpengaruh tentunya dengan proses produksi yang ada di pabrik…. (SS).
……Kondisi hutan tetap kita jaga dengan membuat buffer zone seluas 525 ha dan untuk memantaunya kita menggunakan metode PUPdan hal tersebut acuanya berdasarkan dokumen pengelolaan lingkungan…. (SN).
…..Sepengetahuan aku saat ini HTI kita lagi off kita baru bisa ngambil lagi 2017 kagek, yo kita sekarang pakai eucalyptus lebih tahan dari accasia mangiu…. (JD).
……Yo memang sejak awal kita makai accasia mangium, tapi hutan produksi dag pacak diambil gek 2017 baru beroperasi lagi. Memang eucalyptus ini keras tapi dia lebih bagus sebenarnyo dari accasia mangium…. (MT).
…..HTI kita mulai berkurang dek, yo bukan kerna kito tapi yo kerna masyarakat sekitar ni jugo ado yang ngaku-ngaku itu kebunnyo. Bahkan ado yang nebas pohon di areal buffer zone untuk ditanami tanaman karet…. (SW)
Berdasarkan telaah dokumen Laporan RKL-RPL tahun 2013, telah dilakukan pengelolaan terhadap hutan sekitar, dampak yang ditimbulkan akibat proses operasi pabrik berupa hilangnya habitat fauna darat/ satwa liar seluas 725 ha akibat penebangan kebun karet dan belukar pada tahap kontruksi, mencakup keperluan untuk area pabrik (225 ha), penimbunan bahan baku (50 ha), instlasi limbah (225 ha), infrastruktur (100 ha), dan pembangunan towm site (125 ha). Hilangnya kebun karet / belukar diperkirakan mencapai 60% dari seluruh tipe vegetasi tersebut di tapak pabrik. Pembangunan fasilitas-fasilitas pabrik akan mengubah kebun karet/belukar menjadi “pemukiman”. Dengan hilangnya vegetasi karet/belukar maka akan menyebabkan terganggunya fauna yang ada, sehingga akan menurunkan keanekaragaman spesies, kelimpahan masing-masing spesies dan perubahan komposisi spesies. Sebagai tolak ukur adalah terpeliharanya area hijau/buffer zone dan area konsevasi seluas 525 ha, sedangkan untuk fauna adalah perbandingan kesamaan fauna darat/satwa liar yang ada pada periode ini dengan upaya yang dilakukan untuk pengelolaan flora dan fauna seperti melanjutkan kegiatan pengelolaan lingkungan dalam hal flora darat dengan meneruskan kegiatan pada periode sebelumnya, termasuk memantau vegetasi di lima petak contoh permanen. Selain itu menunjang kegiatan pengelolaan fauna, pengendalian terhadap pencemaran udara serta kebisingan dan mempertahankan keaslian areal buffer zone areal konservasi 525 ha dan melakukan perbaikan habitat di wilayah tersebut ( penanaman) serta membuat dan memasang papan larangan berburu satwa liar didekat  area kolam penampungan dan guest house.